Ayo saatnya kita mengubah hidup,... bisnis ini sungghuh dapatmengubah kehidupan saya. buktikan sendiri
http://www.bisnisfacebooker.com/?id=Imoel
My Nobel (Ilalang Renta)
Senin, 29 Juli 2013
Jumat, 26 Juli 2013
Novel Ilalang Renta
Cover Depan
Cover Belakang
Imoel
Lahirnya Ilalang Renta
Sejak
ulang tahun ady yang ke-21 ady banyak bercerita tentang kehidupannya, dimana
dia sebagai sosok yang tegar dalam menghadapi sebuah kehidupan yang fana’,
tidak sedikit di dunia ini yang bernasip malang seperti ady. Dalam kisah ini
ady akan berbagi bagaimana dia bisa tegar menjadi manusia yang bersyukur bagai
“Ilalang Renta” yang dilahirkan hidup dengan sebuah keniscayaan cobaan
kehidupan hingga bangkit menjadi seorang sosok yang tergampar terus berdiri
tegak hingga hayatnya menentukan kisahnya. Ilalang yang hidup dikejauhan
tumbuhan lain, yang tiada berharga selalu dikesampingkan manfaatnya, kering
kusam siapa yang tau nasifnya. Hanya puing-puing alam sebagai saksi dan goresan
pena ady sebagai kenangan.
Ilalang
Renta
Kering
kusam dia melambai
Kerut
kerucut dia merunduk
Lunglai
terbawa kemana angin menerpa dia mengikut
Renta
menunggu papar, jatuh menunggu kemarau
Linglung
dalam fatamorgana kehidupan
Hanya
menunggu masa keajaiban
Bertahan
terombang ambing
Meniadakan
tak kunjung datang
Bagai
simalakama
Dialah
ilalang yang tergampar Hingga Tiada
Berdiri
Tegak sampai Binasa
“hal
yang begitu pilu dan menyakitkan kan terbenam bersama mentari, melakukan hal
yang positif bagai menunggu tidur di malam hari, kelak kan dapatkan kesejukan
dan kelembutan embun di pagi hari”.
Satu
Ilalang
Dalam Daun Hati
Suasana
yang senyap, membuat ady terhanyut dalam buaian malam, hingga sosok bayi
tergambar pada kisahnya malam, dan semua dosa terlepas dalam lelapnya. Rembulan
semakin meninggi. Lalu...
“Tok..
tok... tok...” terdengar depan pintu ada yang mengetok, Ady pun terkagetkan
akan suara itu.
“aduh,
siapa sih malam-malam gini” ady dengan suara berbisik dan jengkel karena
tidurnya terganggu.
“Ya..
ya... tunggu,...” belum dibukanya pintu.
Ady
bertanya “siapa?, suara terhenti.
Ady
pun bertanya kembali “siapa? Tidak ada jawaban, Perasaan Ady mulai gelisah.
Tanpa
membuka pintu Ady kembali pada pembaringannya, tak lama kemudian, belum Ady
sempat rebahkan kepalanya pada bantal, ketokan pintu itupun datang kembali.
Dengan hati yang sudah ga karuan, Ady tak ingin menghiraukan suara ketokan itu.
Diambilnya bantal menutup kepala dengan harapan agar suara itu datang dia tak
mendengarnya.
“Tok..
tok... “suara itu ternyata datang kembali.
“apa’an
lagi sih ini” semakin kencang ia menekan bantal pada kepalanya, namun usaha itu
sia-sia.
Walaupun
sudah ditutup bantal suara itu tetap berbuyi, Ady melirik jam dindingnya yang
berada tepat di atas gerbang pintunya itu, tepat pukul 00.00 wita Dengan
memberanikan diri Ady membuka pintu, meski ketakutan karena mengingat
kejadian-kejadian yang terjadi pada pukul 00.00 wita terhadap kisah atau cerita
teman-taman kampusnya.
“Braaaaaaaaaaack...”
Ady sudah membuka pintunya, tak ada seorangpun, bahkan tikuspun tak terlihat.
“hello,...
apa ada orang, siapa ya yang ketok-ketok malam-malam gini?
hello...
ada yang dengar ga ya” panggil ady mencari tahu dengan keadaan jengkel.
Kemudian
terdengar gebrakan suara yang ramai sekali.
“Haaaaaa...
hahahahha...” menyentak kagetkan Ady. Ternyata Ady dikerjain oleh Herry, Lana, dan Robby yang keluar di balik dinding
samping kamarnya yang langsung bilang;
“Happy
Birth Day Ady”...” Ady ulang tahun yang ke-21
“Oh
tidaaaak,... kaliaaan, aku takut banget tau ga,... kenapa ga bilang-bilang?”
wajah jengkel, walau hati terdalam dia sangat bahagia.
“bodoh
kamu, kalau bilang sama kamu, itu namanya bukan kejutan” lana dengan bahasa
canda.
“ini
ketua asrama juga ikut-ikutan lagi, hee...” ady mengejek Robby.
“ya
iyalah, kan sebagai ketua asrama yang baik harus perhatian” membesung pipi
sahut Robby.
“oh
iya,... mana teman sekamarmu dy” tanya Herry.
“oh
Rizal, iya nih. Aku juga ga tau, sms aku ga dibalas dan telpon ga diangkat, ada
apa ya” sambung ady dengan wajah bingung juga.
“Oo...
gitu ya, emang sebelumnya Rizal ga bilang dia mau kemana?” sambar Robby.
“nah,
itu dia. Bikin aku bingung, dia ga ada bilang apa-apa” balas ady
“kemana
ya dia?” sambung Herry.
“ya
udah deh, kan malam ini adalah hari bahagianya ady, kenapa kita dibingungkan
oleh hal semacam itu, nanti dia juga kembali ko’” desak Lana karena tidak sabar
menunjukan sebuah kejutan kepada ady.
“nah
betul itu, kuenya mana?” kata Robby.
“jangan
takut... jreeeeeenk, kawan-kawan, keluarlah kalian” lana dengan gaya sebuah
kejutan.
Perasaan
yang bercampur, ada rasa penasaran oleh perencanaan kawan-kawannya, ada jengkel
akibat kerjaan mereka tadi dan ada juga rasa terharu, meski kebahagiaanlah pada
intinya, karena temannya masih ada yang peduli dan selalu ingat. Kue datang
dibawa oleh Rizal dari atas tangga turun membawa kuenya, ternyata kawan sekamar
ady yang sudah mempersiapkan semuanya, dan ternyata pula bukan hanya Herry, Lana, Robby dan Rizal, tetapi seluruh anak
asrama. Yang tadinya hanya beberapa orang saja, di luar praduga mereka semua,
ternyata masing-masing teman ady juga tidak tau semua orang yang berada di
asrama itu merencanakan sesuatu tentang ulang tahun Ady. Pada intinya semua
peduli terhadap ady.
“Oh
tidaaaaaaaaak,... kau rupanya Rizal biang keroknya” ady wajah yang terharu pada
Rizal.
“Apa...?”
sambung Rizal dengan wajah yang ngolot.
“Iya,
ini semua atas permintaan Rizal kepada kami, tapi jujur. Aku juga ga tau malam
ini semua anak asrama ikut serta, aku kira hanya beberapa orang saja” Ucap
Robby.
“Ya,...
malam ini untukmu Dy, sebagai teman yang mengetahui kamu seperti apa, dan kau
teman terbaikku, apa salahnya aku mengasih kejutan ini” Rizal.
“Thanks,
thanks banget, kau Rizal,... aku tak tau lagi harus bilang seperti apa,
pokoknya terima kasih buat kalian semua” lirih Ady dengan mata yang
berbinar-binar.
Ady
menyambung katanya lagi, karena dia seakan tidak puas berkata
“thanks...
terimakasih banget kepada teman-teman, Herry,
Lana, Robby.
Dan
Rizal “kau kemana aja, beberapa hari ini tak terlihat”, Ady tak menyangka ada
sebuah perhatian yang besar tersimpan selama ini kepada Ady.
“thanks,
sekali lagi thanks banget” Ady dengan lirih
“Ady, ini pertanda bahwa kami yang ada di sini
peduli, Rizal memotong ucapan,... Eeeeetzz, tapi jangan salah ya, kepedulian di
sini bukan kepada kamu saja, tetapi
kepada orang-orang yang berada di dalam asrama ini. Heee... tapi giliran
malam ini adalah kamu” olok Rizal.
“Ya
sudah, nih udah larut malam, tiup lilinnya dy” Robby menyeru, karena sebagai
ketua asrama dia juga harus berlaku bijak.
“kue
didekati, hingga ady berdo’a sebelum meniup lilinnya”
Usai
lilin ditiup, Semua terkagetkan oleh suara Lana.
“Potong
kuenya donk... Ngantuk nih” Lana menyentak dengan candaan sebuah suara
mengagetkan dan sebuah senyuman tipis pada ady’
Lana
sambil merangkul ady:“ satu kalimat dariku dy, kita semua peduli, jika kita
terus begini, kita yakin anak-anak asrama kita akan disegani, sukses selalu
untuk kita semua”.
“Thanks
ya Lan”. Ucap Ady.
“nah
betul itu, sekarang saatnya menghabiskan kuenya”, Herry mendekati kue... “ayo
teman-teman”.
Semua
anak asrama mencicipi kuenya. Pesta dimulai dengan semua ikut berbahagia, Usai
pesta, semua kembali kepada kamar masing-masing. Sepi senyappun kembali lagi,
namun ady malam itu ditemani oleh Rizal. Suasana sepi menggoyon ady menghatur
sebuah curahan hatinya. Dalam ruangan kecil itu ady dengan lirih bicara pada
lana
“terimakasih
ya Zal atas semuanya yang telah kau rencanakan dan kau berikan malam ini, dan
kepada teman-teman semua” lirih ady
“jannganlah
kau bicara itu Dy, sebagai teman aku tentu sangat senang jika malam ini sudah
membuatmu senang” Rizal membalas suara lirih itu
“kau
taukan Zal, sebelumya aku tak pernah hari ulang tahunku dirayakan, hanya sebuah
malam yang gelap dan kelopak mata membawaku beranjak pada kedewasaan dan
pertambahan umurku, tapi kali ini kalian,... kalian mendewasakanku dan membuka
kelopak itu mengetahui apa itu sebuah kebersamaan, apa itu sebuah kehidupan
sebagai makhluk sosial”
“kau
benar Dy, semua itu adalah penuh dengan proses, aku tau... kau butuh dukungan
untuk mengarungi hidup ini, kau butuh sebuah kasih sayang”
“cukup
Zal, terlalu pahit jika aku harus mengingat kepiluan masa silamku dengan
lingkungan sosial memurukkanku, lingkungan yang membuatku terbelunggu”
“ini
sebuah pelajaran Dy, hidup itu akan tampak jika lingkungan kita menampakkan
kasih sayangnya kepada kita, namun hidup itu seakan mati jika lingkungan terus
bersembunyi dalam sebuah kepalsuan”
“kepalsuan,...
aku tersenyum ketika kau bilang sebuah kepalsuan, kau melakukan semua ini
apakah itu sebuah kepalsuan, apakah hanya untuk menyenangkanku?, seandainya kau
tau Zal, aku tak butuh semua ini, aku tak butuh acara yang kau kasih malam ini,
tapi aku inginkan sebuah hal yang bersih, hal yang murni tanpa kepalsuan,...”
“Ady,
janganlah kau berlarut dalam kisahmu yang menghancurkan dan mengoyak jiwamu,
dalam hidup ini tak pernah lepas dari sebuah kepalsuan, suatu hal yang secara
drama, dimainkan, digerakkan, semuanya hanya sebuah permainan waktu, kepalsuan
itu akan muncul ketika kita menyadari, namun sebuah kemurnian akan muncul pula
ketika kita menjadi sosok yang mengenal kehidupan. Janganlah kau bingung dengan
hidup ini Dy !, hidup ini sebuah perjuangan. Cobalah kau tengok sebentar
tentang kehidupanmu, apakah kau tak bersyukur dengan keadaan sekarang. Banyak
yang menyayangimu, sekarang kau adalah orang yang disukai banyak orang”
“kau
berlebihan Zal, aku menjadi sekarang ini terlalu sakit untuk memerankan seorang
tokoh yang tak bisa berpijak dalam tiap ubin-ubin rumahnya, tak bisa mengulur
kebanggaan kepada keluarganya,...”
“upzzzz,...
jangan kau bilang begitu, jika dibandingkan dengan diriku kau lebih baik. Namun
jika kau bicara masalah kebahagiaan, aku rasa kau telah mengasih mereka
kebahagian itu, kau telah ulurkan kebanggaan, meski itu bukan materi, tak
semuanya kebahagian itu bisa dibayar dengan materi”
“tapi
Zal”
“tapi
apa,... di luar sana, mereka dengan limpahan harta, apakah kita tau, apa mereka
bahagia?, kau beruntung, kau hanya bermodalkan tekad, kau bisa kuliah, bisa
menikmati pendidikan dibanding orang-orang yang jauh lebih malang nasifnya
dibanding kamu, ya sudah, jangan terlalu dipikirkan,... kau butuh proses untuk
mempersiapkan sosok yang tegar, aku ngantuk,...”
“sebelum
kau tidur, aku rasa kau harus tau apa yang sekarang ini membuat aku begini” ady
sembari menunjukan sebuah tulisannya.
Yang
berisi:
Ibu,…
Kau
Temanku… Kau Ibuku…
Kau
Sahabatku … Kau Ibuku…
Kau
Saudariku… Kau Ibuku…
Kau
Ayahku… Kaulah Ibuku…
Aku
Anakmu…
Ibu…
Sembilan
Bulan Sembilan Hari Dikandung Badan Hingga Dewasa,…
Beragam
Persembahan Kau Kasih,… Bervariasi Suguhan Kau Beri,…
Hanya
Kematian Yang Akan Menebuskan Apa Yang Selama Ini Kau Kasih Dan Kau Beri,
Biar
Lautan Ku Keringkan,…
Biar
Gunung Ku Datarkan
Biar
Hutan Ku Gundulkan
Ku
Takan Pernah Puas Tuk Menyenangkan…
Itu
Tak Cukup Bagimu…
Hingga
Tinggi Langit Ku Buat Atap Istanamu,…
Hingga
Luas Bumi Tuk Lantainya,…
Hingga
Semuanya Menjadi Milikmu…
Aku
Anakmu
Ibu…
Mata
Ku Rela Tuk Dicongkel,
Karena
Kau Tak Lihat Indahnya Dunia
Telinga
Ku Rela Tuk Dirobek,
Karena
Kau Tak Dengan Melodi Kehidupan
Kaki
Dan Tangan Ku Rela Tuk Dipotong,
Karena
Kau Tak Meraih Semua
Hingga
Suci Pengabdian Dan Hormat Ku Padamu
Walau
Jiwa Dan Raga Tak Berdaya
Sungguh
Ku Bangga Menjadi Anakmu
Aku
Anakmu
Ibu…
Kau
Segalanya Bagiku… Kau Hidupku… Kau Matiku…
Kau
Hidup Dan Matiku…
Aku
Anakmu
Ibu…
Kini
Telah Berlinang,…
Kini
Telah Hilang Harapan,…
Kenapa
Kau Meninggalkan Aku…?
Kenapa
Kau Tak Mau Bersamaku Lebih Lama Lagi…?
Kenapa
Kau Begitu Cepat Tuk Nikmati Suguhan Dan Persembahanku…?
Belum
Kau Lihat Indahnya Istana,…
Belum
Kau Cium Aromanya Taman Syurga,…
Belum
Ku Ucap Terima Kasihku,…
Belum
Kau Dengar Ribuan Pujian-Pujian Dariku,…
Kau
Belum Merasakan Apa Yang Aku Rasakan…
Aku
Anakmu
Ibu…
Kini
Badan Bagai Bayang,
Mata
Tak Melihat,
Hidung
Tak Mencium,
Bibir
Tak Terucap,
Telinga
Tak Mendengar,
Hingga
Kulit Tak Merasa…
Aku
Anakmu
Ibu…
Aku
Kosong…
Aku
Hampa…
Aku
Tak Kuasa Lagi…
Aku
Anakmu Ibu…
Setelah
membaca segores tulisan itu Rizal tidak mau membawa suatu yang membuat ady
terlarut, hingga Rizal berlaku agak tak mau mendengarkan dan menanggapi tulisan
itu dengan alasan ngantuk.
“Aaaaaaach, tidurlah kau, masih banyak hal
yang harus kita pikirkan dalam hal ini untuk meraih sebuah kesuksesan. Met
tidur,...”
“tapi
kan aku,...”
“met
tidur” tanpa berkata lagi rizal setelah mengucap kan selamat tidur yang kedua,
dan ternyata ady pun menyerah memabahasnya.
malam
telah larut, lelapnya mata terbang pada pukul 12.30 wita. hingga menjelang
kokok ayam pada sinarnya mentari.
Dua
Ilalang
Berbinar Dalam Alam
Seperti
kebiasaan sabtu pagi hingga siang bukan waktu istirahatnya, secara normal
perkuliahan hingga jum’at saja, tetapi ady tidak, karena beberapa agenda kegiatan
yang secara rutin dilakukan oleh organisasinya. Ady berjalan menuju tempat
kegiatan yaitu kampus tercintanya. Tepat
pukul: 08.00 wita, Ady telah beranjak menuju kampus yang tak jauh dari
asramanya, hingga jalan kaki ditapakinya. Sesampai di kampus Ady tercengang
ketika langkah terhenti melirik seorang gadis yang sebelumnya dia tak pernah
melihatnya di kampus. “ah, mungkin kerena Ady sering sibuk dalam organisasi,
hingga melihat gadis itu terasa asing, tapi semakin Ady aktif dalam organisasi,
Ady semakin tau wajah-wajah yang ada di kampusku” pikir ady dalam hati. Namun
penglihatan ady terhadap gadis itu terganggu karena ady harus menyapa lana.
“Hay
lana, kemana aja tadi, ga terlihat di asrama”
“Iya,
aku baru datang dari kampung halaman aku, kan aku harus hadir dalam tiap
kegiatan organisasi kita, iya kan?”
“iya,
iya... itu yang terpenting lan, terkadang orang hanya ikut-ikutan saja dalam
sebuah organisasi, tak memahami apa arti sebuah organisasi” sahut lana.
“betul
itu dy... padahal kehadiran kita dalam organisasi itu sangat berpengaruh, meski
kebiasaan yang menjadi bomerang adalah mereka seakan tidak berperan dalam
organisasi itu, padahal itu hanya pemikiran yang merusak kecintaan kita
terhadap organisasi itu, begitu kan dy?“
“iya,
betul, seperti kamu, penting atau ga penting kegiatan itu terhadap kita,
walaupun semua itu pada hakikatnya ternyata adalah penting, kamu tetap
istiqamah atau rutin mengikutinya, aku salud padamu lan”
“ah,...
kamu juga, aku sangat salud, kamu rela korbankan waktumu bersama keluargamu
demi organisasi kita ini, bahkan yang terhitung olehku, kamu sudah hampir dua
bulan kan ga pulkam alias pulang kampung?”
“hehe,...
iya”, Sudah hampir dua bulan aku ga pulkam, padahal aku sangat kanget dan rindu
sekali sama keluarga aku, apalagi ponakan aku yang lucu itu, mungkin dia sudah
bisa ngomong kali ya...” kata ady.
“semoga
deh” balas lana.
“Nah,
itulah arti kewajiban lan, kita harus berani berkorban, sebanyak apa dan
sebesar apa pengorbanan kita terhadap sesuatu, kelak kita kan petik hasilnya,
setimpal dengan apa yang kita perbuat” ucap lana.
“Sungguh
bijak kau dy! Aku mah, ga tahan kalau ga pulang, wajar sih, aku ga sepadat
organisasi yang kau ikuti, dua organisasi ini aja aku udah kualahan. Hee...
“lana sambil bercanda.
Ady
menyahut, “benar itu lan, bukan aku tak mau mengurangi organisasiku, tapi aku
menargetkan, aku harus dapatkan ilmu organisasi-organisasi yang ku ikuti
sekarang dalam tahun ini, aku setidaknya ada lah pengalamannya, buat bekal
dalam masyrakat nanti, dan tentunya menjadi lebih baik lagi dalam memanagemen
dalam liku kehidupan”
“Luar
biasa, hingga sekarang aku belum kepikir tuh fungsi dari organisasi aku
sendiri” sambung lana.
“Oke
lah kalau begitu, ech... ngomong-ngomong besok ada acara ga? Ajak ady.
“acara
mah ga ada, tapikan aku harus balik lagi, biasalah... minggu santai-santai ama
keluarga, sindir lana. Oh begitu ya... sahut ady”, emang kenapa dy? Lana
penasaran
“Ga...
ga ada apa-apa, cuman sepi aja di asrama, kan besok lagi ga ada kegiatan, kata
ady. Lanapun membalas, kenapa ga pulkam aja? Kau tau kan lan, cape aku pulang
lalu balik lagi, nanti-nanti aja jika ada waktu yang kosong, setidaknya
beberapa harilah ada waktu liburnya”.
“Terserah
deh, tapi aku cuman bisa minta maaf ga bisa temanin kamu, biarlah televisi yang
menemanimu nanti” lana seakan tidak setuju dengan pendapat ady yang tidak mau
pulkam.
“Hmmm...
jangan begitulah lan... ga mungkin juga kan aku berlama-lama disini, cuman
belum ada waktu yang tepat aja”
“iya,
iya”, kata lana, sambungnya lagi. “nah, kayaknya acaranya sudah mulai tuh,
gimana ya acara dialog hari ini, menarik ga ya,...?
“aku
rasa menarik sih, mudah-mudahan acara dialog dua organisasi keislaman ini
menghasilkan ilmu baru lagi bagiku” ujar ady.
“Tapi
dy... apakah tidak ada pergesekan dari keduanya? Lana dengan wajah berpikir
“Mungkin
ada sih lan” sahut ady.
“Andai
aja bisa bersatu ya semua organisasi atau kelompok keislaman ini? Lana sambil
berpikir.
“Heee...
ady tersenyum. Itu hanya mimpi-mimpi muslim yang membawa pada rahmatan lil’
alamin”
“Maksudnya?
Sahut lana.
“Iya,...
selagi pemimpin-pemimpin organisasi atau kelompok itu masih merasa dengan cara
mereka yang paling efektif dan benar, maka itu hanya mimpi”, ady tertawa kecil.
Lanapun
tak sabaran menyambung pembicaraan ady. Tetapi ady langsung mengajaknya untuk
masuk pada ruangan dialog itu.
“Eeeeetz...
Tapi kan dialog kita belum selesai” sahut Lana
“Nanti
kita sambung lagi dilain kesempatan!!! Ady sambil berjalan.
Acarapun
dimulai, pembicara pertamapun menyampaikan gambaran-gambaran pemikirannya,
bahwa mereka akan menumbuh kembangkan insan-insan yang berasaskan Islam, yaitu
dengan berdirinya dan tegaknya Khilafah di muka bumi ini. Kemudian disambung
oleh pembicara kedua juga menyampaikan gambaran-gambaran pemikirannya, yang
salah satunya murka akan kemaksiatan dimuka bumi ini.
Dua
tujuan yang sangat mulia tergambar dari dua organisasi itu, hingga membuat ady
berpikir,” jikalau keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu Islam, tapi kenapa
tidak bisa bekerjasama dalam membangun peradaban islam yang mulia?, walaupun
dari keduanya memiliki ciri khas masing-masing, setidaknya islam akan berjaya.
Meski hal ini berlaku pada semua agama yang memiliki banyak golongan atau
sempalannya. Pemimpin dengan pemimpin dipertemukan bertukar pikiran, berdiskusi
bagaimana agar pemikiran islam tidak tercemar dan bagaimana agar Islam dapat
bersatu tanpa satu sama lain saling bertentangan, bahkan hujat menghujat.”
Terungkap kekesalan ady ketika selesai dialog itu, karena dari dialog itu tidak
ada singgungan bahwa mereka akan bekerjasama, tetapi dengan jalan mereka
masing-masing, meski nanti akan terjadi pergolakan pemikiran.
Hingga
pukul: 12.00 wita acara kegiatan “Dialog Pembangunan Islam dalam Perspektif Dua
Organisasi” selesai, dan dilanjutkan kegiatan ady sholat berjamaah di mesjid
kampusnya. Usai itu, ady langsung pulang ke asrama mengistirahatkan badan.
Tertidur hingga sore menjelang, sholat Ashar, lalu kembali beraktivitas
sebagaimana seorang anak asrama.
Beranjak
sebagaimana prinsip ady dia harus selalu berada dan menjadi 100% dengan segala
aktivitasnya, jika dia menjadi seorang mahasiswa maka dia melupakan sebagai
aktivis, begitu sebaliknya, hingga kehidupannya selalu berjalan 100% bagi
dirinya.
Islam Ku Tak Jenuh
Wahai Islam,
Dulu Kau Sejahterakan Umat,
Dulu Kau Mengayomi Umat, Itu Hakikimu
Wahai Islam,Kaulah Rahmatan Lil ‘Alamin,
Kaulah Pembawa Kedamaian
Wahai Nabiku, Junjunganku
Begitu Bijak Seluruh Sikap Dan Lakumu
Wahai Rasulku,
Kenapa Kau Terlalu Cepat Meninggalkan Dunia Fana’ Ini,
Umatmu Berada Dalam Kebingungan,
Mereka Masing-Masing Menggolongkan,
Mereka Masing-Masing Membuat Kelompok
Oooh Tuhanku
Apakah Ini Masa
Yang Kau Tuliskan Dalam Firman-Mu
Apakah Ini Masa Yang Telah Kau Janjikan,
Dimana Umat-Umat-Mu Terbelenggu
Dalam Sebuah Kesesatan Agama,
Sebuah Penyimpangan Agama-Mu
Ya Tuhan,
Kapan Kau Turunkan Utusan-Mu
Yang Mengembalikan Bersatunya Agama Dalam Genggaman
Islam,
Hingga Nafas Umat Terlantun Nama-Mu
Sekarang...
Ady mulai memetik hasil itu, dengan motivasi dan prinsif Ady, bahwa Ady harus
menjadi 100 % dimanapun Ady berada dan harus mendahulukan kewajiban dibanding
hak. Ady sangat merasa berbeda dimata anak-anak kampus dibanding dengan
orang-orang yang kuliah pulang-kuliah pulang. “Banyak orang yang menghormati
ku, banyak orang yang mengagumi ku, bukan memuji, tetapi mencoba tuk berbagi”,
bahwa itulah yang Ady dapatkan. Dulu Ady yang mengejar tuk meminta bantuan
orang lain, sekarang Ady yang dikejar orang tuk ngasih bantuan, bukan berbangga
tapi mensyukuri, kata ady.
Sekarang
Ady ingin mengutarakan sesuatu, bagaimana kehidupan dan pengalaman ady sebelum
Ady mencicipi dunia perkuliahan. Dulu Ady merasa orang yang tiada berguna dan
tiada berharga, orang mendengar perkataan Ady hanya sebagai bualan belaka,
omong kosong, dimana di benak mereka Ady takan pernah bisa membanggakan,
lihatlah masa suram Ady, gambaran kecil namun mengingat perjalanan hidup sampai
saat ini, dikatakan omong kosong dan takan pernah membanggakan, huh,... berapa
tahun Ady jalani, berapa masa Ady arungi, lontaran-lontaran itu dulu dia anggap
bomerang yang menjatuhkannya, yang membuat Ady tak berdaya.
Hingga
sampai saatnya tuhan mengijinkan Ady tuk merubah bomerang itu menjadi sebuah
tantangan dalam hidup ady, dia membuat tekad yang begitu besar dan kuat, hingga
liku kehidupan dalam seluk beluk dari hal yang negatif sampai pada hal yang
positif sudah Ady rangkul. Terlalu pahit jika Ady harus mengigat hal itu,
begitu pedih jika harus mengungkit perjuangan ady hingga sekarang. Kuliah
dengan bekal beasiswa 97 %, Ady yakin bisa gapai impian tertinggi.
Dalam
hal ini penulis mengutif tulisan ady dimana sebagai sikap kita untuk menelaahi
apa yang dituliskan oleh ady.
Ady
mengajak kita tuk merenungkan dalam goresanya, betapa hal yang Ady rasakan:
Rongrongan
Massa Suram
Gelud
kesah masaku menunggu detik
Remuk
batang tubuhku menunggu menit
Terkoyak
kelopak bathinku menunggu pergantian jam
Terpapar
isak dalam kegelapan menunggu hari
Hingga
berderai perih jantung hatiku dalam siksa birahi
Hingga
tiada harapku menyongsong kepedihan dalam raungan kepada bulan
Hingga
binasa ku ingin, cepat derita usai menyedihkan
Fana
membayang, fatamorgana suram sebagai impian
Ku
dekat semakin menjauh, ku tapak dia menghilang
Biarlah
arungan lautan ku seberang
Biarlah
dakian gunung ku julang
Biarlah
nasip hingga sepenggalah aku kerahkan
Lontaran
kehidupan sungguh menakutkan
Menggapai
mimpi tak mungkin
Memanjat
harapan tak berpenopang
Hanya
rongrongan ketakutan dalam sudut kehidupan
Lihatlah
fana ini, aku menghilang
ady
berharap bagi kita yang jauh lebih beruntung dari dirinya, buatlah senyuman
bagi diri kita, cerahkan cuaca hidup kita, mari berkreasi hingga waktu kelak
goresan ini membuktikan apa yang akan kita dapatkan.
Sebuah
ungkapan ady tentang arti kewajiban:
Arti Sebuah Kewajiban
Kewajiban
Itu Amanah
Kewajiban
Itu Tuntutan
Kewajiban
Itu Penghargaan
Kewajiban
Itu Harus Dilakukan
Kewajiban Itu Sebuah Pertanggung Jawaban
Jangan
Kau Ambil Hak
Karena
Kewajiban Tuk Menyerahkan Hak Tak Kau Serahkan
Jangan
Kau Meminta
Karena
Kewajiban Tuk Memberi Tak Kau Berikan
Jangan
Kau Mengeluh
Karena
Kewajiban Tuk Melaksanakan Tak Kau Laksanakan
Jangan
Kau Berbangga
Karena
Kebanggaan Tuk Keberhasilan Bukan Milik Seorang Saja
Bialah
Kau Tak Makan Karena Kewajiban
Biarlah
Kau Tak Minum Karena Kewajiban
Biarlah
Kau Tak Tidur Karena Kewajiban
Biarlah
Kau Sakit Hati Karena Kewajiban
Biarlah
Kau Teteskan Air Matamu Karena Kewajiban
Biarlah...
Biarlah...
Biarkan
KeringatMu Bercucur
Karena
Kewajiban Kan Menjadikan Butiran-Butiran PeluhMu Jadi Mutiara
Biarkan
TanganMu Bergerak
Karena
Kewajiban Kan Menjadikan Jemari-JemariMu Jadi Berharga
Biarkan
KakiMu Melangkah
Karena
Kewajiban Kan Menjadikan TapakMu Jadi Sejarah
Kelak
Kau Akan Dapat
Terhadap
Apa Yang Tak Kau Pikirkan Menjadi Kebanggaan
Beribu
Pujian Dan Berjuta Penghargaan
Ikhlas
Melangkah, Tuhan Kan Dorong Kepada Perbuatan
Hingga
Sebuah Perjalanan Hak Kan Mendekat
Tiga
Ilalang
Dalam Mistis Alam
setiap
ady bicara seakan suara atau gema’an itu mengiringi ucapannya. Ady bingung, apa
benar apa yang diceritakan kakaknya Erna, “suatu saat, ketika tiada lagi dari
keluarga kita yaitu ibu yang mengalami keganjilan atau berinteraksi dengan hal
ghaib, maka bersiaplah kita tuk menghadapi hal itu, ujar kakak ady”. Dengan
pemikiran ady menuju kepada hal yang dikatakan kakaknya, membuat ady berpikir,
“apakah hal ini akan terjadi pada diriku” ady sambil merenung dipembaringan.
Mengekal waktu, ady mulai merasa kantuknya akan datang. Lelap memudar hingga
pukul 12.00 wita tepat, ady kembali mendengar sesuatu, namun bukan suara yang
seperti pada malam kemaren dia dengar, tetapi suara panggilan agar ady harus
bangun, walaupun itu bukan seperti kita memanggil, tapi ada hal yang sakral.
Seolah ada sesuatu yang memanggil-manggil ady, hingga dia harus terbangun
kembali.
“Astaghfirullahal Adzim” (seraya ady bangun dengan mengusap wajahnya)... ady terbangun dengar keringat bercucur
di badannya. Malam itu tepat pada malam
minggu, dimana kebiasaan anak asrama sebagian pada pulang kecuali yang
masih ada kepentingan di asrama atau di kampus. Dengan bangunan asrama 1
hektar, mungkin anak asrama yang masih bertahan pada malam itu sekitar 10 orang
saja.
Ady
membangunkan badannya, duduk di atas ranjang dengan tiada teman yang
menemaninya, mata yang menoleh kesana kemari dalam ruangan kecil itu, lalu ady
terkagetkan akan hal sesuatu.
“Kayaknya
ini ada hal yang ga beres pada diriku” ucap ady ngomong sendiri. Ady mulai
berpikir, siapa yang memanggil-manggilnya hingga mengharuskan ady harus
terbangun. “Ya sudah” kata ady, karena dia sudah terbangun mungkin panggilan
dia harus melakukan sholat tahajud. Sebelum itu dia akan sejenak duduk yang
masih berada di atas ranjangnya, mata tertutup, kemudian jiwa ady seakan
melayang terbawa hembusan angin dan seruan suara itu (menuju alam bawah sadar
yang bersifat sakral atau ghaib). Hingga tersentak dia menyadarkan diri.
Mengulur kaki dia terkaget, ternyata hanya suara tikus. Dilanjutkan langkahnya
tuk membuka pintu.
“Ya
Allah ya Rabb”,... ady kembali terkagetkan oleh sesuatu hal terjadi pada
dirinya terhadap asrama itu. Ady melihat sesosok bayang putih, namun ady tidak
ingin berpikiran macam-macam dulu, karena niatnya hanya ingin mengambil air
wudhu. Namun, keadaan tak berpihak padanya, ada sebuah godaan. Membuka kran
air, mata ady tak karuan tuk mengambil wudhu, ternyata tepat di atas kepala
berjarak sekitar 2 meter ke atas, sosok putih bagai seorang perempuan. Gemetar
seketika, baru mengusap wajah satu kali hati ady sudah tidak karuan setelah dia
menengadah ke atas.
Karena
kaget, ady tejatuh ke belakang, hingga sarung dan pakaiannya terkotori. Ady tak
mau meladenin hal seperti itu, dengan segera ia melanjutkan wudhunya, dan
kembali ke kamar. Dengan perasaan yang sudah down, namun apakah ady tetap
melanjutkan sholatnya? Ya... ady adalah sosok yang sering bergelimang dengan
hal ghaib atau semacam itu. Sejak kecil di bangku SD ady sudah memiliki
kelainan. Bukan kelainan yang nampak ga normal, tetapi ada sebuah kelebihan
terhadap dirinya, sering dia bisa berinteraksi dengan orang sebelah alias
makhluk ghaib.
Jadi
hal seperti itu bukan hal yang asing lagi bagi dirinnya. Usai itu ady mengganti
pakaiannnya dan seperti niatannya, dia harus sholat. Tak lepas ady mengalami
godaan kembali, lanjut cerita dia sudah membuka sejadah, tapi apa yang terjadi?
Sosok putih kembali mengganggu, tepat pada tempat sujud sosok itu merebahkan
dirinya.
“siapa
kau? Hey,... apa mau kau? Tanya ady agak jengkel terhadap sosok itu.
Tak
ada ucapan terlontar kepada ady” Namun ady sekali lagi tak ingin terlalu
mempedulikannya, sembari berkata:
“bissmillahirrahmanirrahim
(disambung dengan membaca Ayat Kursi),
“biarlah
kau tampakkan sosok aslimu, biarlah kau tak bicara, biar kau merasa kuat dan
biar kau ingin menggangguku, aku tak takut, jika hatiku menuntut tuk lakukan
apa yang diperintah Tuhanku, maka pergilah kau” sembari meniupkan pada sosok
itu dan sekejap sosok menghilang.
Walau
perasaan yang was-was ady melakukan sholatnya. Ady bukan sosok pemberani,
tetapi karena pengalaman yang sering terjadi hingga ady bisa menyesuaikan
dirinya terhadap perbedaan alam. Tetap tidak menutup kemungkinan, bahwa ady
akan merasakan bagaimana seseorang berhadapan dengan sosok seperti apa yang
dilihatnya, sudah pasti sangat down.
Apalagi seperti kejadian yang dialami ady pada malam itu.
“Alhamdulillah” rasa
syukur ady terucap.
Sholat
telah selesai dilakukan, kembali ady menuju pembaringan.
Dengan
amalan rutinya:
”Bismillahirrahmanirrahim”
-
Al-Ikhlas 3 kali
- Shalawat: 3
kali
“Allahumma
sholli ala muhammad, wa ala jami’il anbiaya’iwal mursalin”
-
Istighfar 1 kali
“Allahummaghfirliy waliy-walidayya, waliy jamii’il
muslimiina wal muslimat, wal mu’miniina wal mu’minaat”
-
Tasbih 7 kali:
“Subhanallah, Walhamdulillah, Wala Ilaha Illallah,
Wallahu Akbar, Wala Hawla Wala Quwwata Illa Billahil Aliyyil Adzim”
-
Diakhiri do’a tidur
Maka
pulaslah membawa dia pada alam yang melepas dosa.
Selesai
amalan dia baca, hati menjadi lega telah melakukan sholat, maka tidurlah dia
dengan tenang.
Suatu
hal yang sukar dimengerti oleh kita, dengan godaan kehidupan yang fana” penuh
cobaan yang menyiksa jiwa dan raga ady, kehidupan tampak oleh mata hingga
kehidupan yang tak tampak oleh mata biasa. Begitu sering terjadi pergolakan
dirinya menghadapi semuanya, lepas nyata beruntun kedatangan alam menyiksa
bathin. Kesalahan apa yang diperbuat ady, dosa apa yang pernah dilakukan ady,
hingga memetik yang menguras diperujungan buahnya “Ilalang Renta”. Telah berjalan, selang waktu semakin panjang dan
menibak kembali godaan dan cobaan.
Empat
Ilalang
Dalam Peraduan Cinta
(Wanita
Racun Dunia)
Segores Cinta Yang Datang
Ady
bicara sendiri, karena malam itu Rizal teman sekamarnya juga tidak ada di
asrama karena pulkam.
“elok tubuhmu, paras cantik dengan kelembutan kulit mulus
berseri, Oh Tuhan... aku ingin memilikinya, tapi aku tak tau entah jodoh siapa
dirinya, aku rasa dialah sosok idamanku, berkenankah kau Tuhan mengasih dirinya
untukku?”
Dalam Gores Ukir Ady
Ya
Tuhan,…
Beribu
Tapak, Berjuta Langkah Tuk Penopang
Beribu
Dan Berjuta Yang Ku Lakukan
Dikala
Ku Tenang, Dikala Itu Pula Hening Datang
Lelahku
Mencucur Keringat Tak Lagi Memikirkan
Terpapar,
Tapi Tak Membuat Lelap
Oh
Tuhan,… Aku Mulai Merasa Penopang Ku Tak Kuat
Hingga Aku Tak Percaya Maya Ku Melayang
Aku
Bilang,…
Ya
Tuhan,…
Bagai
Sejenak Tak Terhitung Oleh Detik
Dan
Pikiran Semakin Berputar Bagai Roda Gila
Ya
Tuhan,…
Siapa
Gerangan…? Siapa Dia?
Ya…
Si Dia Membuat Bayang…
Why…?
Mengapa…?
Apakah
Aku Tak Diharuskan Untuk Tenang Dan
Ditenangkan…?
Apakah
Aku Tidak Ditakdirkan Hening Dalam Sesaat…?
Tuk
Itu… Dimana Tempatku Beradu…?
Where…?
Dimana…?
Wahai
Tuhan… Dimana Ku Temukan Hening Ku…?
Benar
Ku Datang Di Rumah Mu
Benar
Ku Jalankan Anjuranmu
But,…
Itu Hanya Sesaat, Sekali Lagi, Itu Sesaat…
When…?
Kapan…?
Apakah
Aku Harus Menunggu Beribu Atau Berjuta Tahun Lagi
Hanya
Untuk Menanti Ketentraman Diri…?
What…?
Apa…?
Ku
Tak Sanggup…
Ku
Tak Kuasa…
Ku
Tak Rela Jika Harus Menunggu, Menunggu, Dan Menunggu…
Itu
Hal Yang Paling Membosankan…
Aku
Tak Mau
Tapi
Aku Harus Bagaimana…? Satu Pinta Ku…
Ijinkan
Aku Tuk Memilikinya
Kan
Ku Cintai Dia Sepenuh Jiwa Dan Raga
Kan
Ku Jaga Dia Hingga Tapak Tak Henti Mendaki Tuk Bahagiakan Dia
Kan
Ku Hiasi Hari-Harinya
Penuh
Syurga Dengan Berjuta Keindahan Taman-Tamannya
Hingga
Kau Tutup Mata Dunia
Dan
Pertemukan Kami Di Alam Yang Abadi Selamanya…
Namun,…
Itu Harapan Maya Dari Bayang Singgasana
Ady
seakan ingin memiliki gadis itu, memang rupanya sangat cantik, tubuh yang ideal
idaman setiap laki-laki. Ady adalah seorang cowok yang tidak mudah untuk jatuh
cinta. Akan tetapi pada pandangan pertamanya itu, membuat ady terpikir dan
ingin memiliki gadis itu. Entah kenapa, ada apa gerangan yang membuat ady
bersyair sendiri dalam renung rembulan pada suatu ruangan kecil itu.
Ungkapan
itu seperti rengekan seorang insan yang melihat dalam pandangan pertamanya,
namun hingga berlarut bulan makin keatas. Suasana hati ady mulai memudar, ady
beranjak pada hal yang lebih penting daripada harus memikirkan perasaannya itu.
Berjalan
dengan tangan kanan yang melambai bagai ayunan, dan tangan kiri yang ketat akan
beberapa buku dipegangnya. Lalu,...
Braaaaaack...
ady menabrak seseorang, ady lalu terjatuh, hingga buku-buku yang dibawanya
berserakan. Tanpa melihat orang yang ditabraknya yang juga terjatuh kebelakang.
Ady langsung menuju buku-bukunya yang berserakan di lantai depan lokal
kelasnya. Perlahan dia menatap orang itu, sembari ingin mengucap kata maaf,
namun, ucapan terasa kaku tak bisa terlontar.
“Aa...
Aaaa... (bagai orang yang gagu), dan akhirnya walau segagu-gagunya terucap
juga. Aaa... maaf, akkkku... minta maaf ya, kamu anak baru? Ady langsung
bertanya tanpa menghiraukan keadaan wanita itu.
“iya,...
ga papa, Oh iya,... aku mahasiswi baru di sini” dengan wajah yang heran dan
tercengang-cengang karena prilaku ady yang seakan kaku dan suara gagunya
sembari menahan rasa sakit akibat terjatuh.
“sekali
lagi aku minta maaf, aku ga sengaja, tadi aku menoleh pada teman aku, dan aku
ga liat kamu, tertabrak deh” ady mulai agak lancar bicaranya, meski masih agak
gagu.
“lupakan
saja hal ini, lagian aku ga papa ko, coba lihat ga ada apa-apa kan, aku masih
bisa berdiri” wanita itu memberi penekanan karena melihat prilaku ady yang agak
lebay meski agak sedikit jengkel dan takut karena dia mahasiswi baru.
“ya
sudah, aku boleh pergi?” ady ingin bergegas walau hati pengen berlama-lama
ngobrol dengan wanita itu
“ya,...
silakan” sahut wanita itu
“terima
kasih ya,... bye” ady sambil berjalan mundur dengan tatapan masih memandangi
wanita itu.
Braack...
ady tersenggol orang lagi
“upzzzz,
wanita itu memegang mulutnya, seraya berkata “hati-hati kalau jalan ”, tambah
dengan senyuman kecil diwajah wanita itu
“iya,
iya,...” ady langsung berbalik arah, dan menuju ke ruangan kelasnya.
Sambil
berjalan, ady kesal, hingga berkata dalam hati “ady, ady... kenapa kau tidak
ngobrol dulu sama wanita itu, bodoh, bodoh...” ady jengkel, ternyata wanita itu
adalah wanita yang sebelumnya dilihat olehnya, yang membuat ady menggelinjang
bahagia jika ingat wanita itu, dan menjadikan syi’ir-syi’ir diarynya.
Anak-anak
kelasnya sudah berkumpul dan siap untuk menunggu dosennya untuk melangsungkan
perkuliahan. Tak lama dosen datang dan perkuliahan dimulai. Walau ady agak ga
berminat lagi mengikuti perkuliahan karena kejadian tadi, tetapi ady harus
bersikap profesional. Hingga usai perkuliahan ady segera menemui lana yang
berada pada lokal sebelah, yang pada saat itu juga perkuliahan lana sudah
selesai.
Depan
kelas lana, ady memanggil
“lan,
lana,... sini,...” ady mendesak dengan suara terburu-buru
“iya,...
ada apa?” sahut lana
“kemari
dulu,...” ady menekan lana
“iya,
iya,... ada apa sih?” lana sambil menghampiri ady
“tau
ga lan?”
“tau
apa sih, ya jelaslah aku ga tau, kan kamu belum ngasih tau, emang ada apa?”
“begini
lo,.. (cerita tadi pagi tabrakan dengan seorang wanita itupun diceritakan ady)
“Accch,...
to the point aja deh, kamu mau bantuan aku kan?” desak lana
“nah,
itu baru teman yang pengertian!” sahut ady
“emang
kebiasaan kan kamu harus dimengerti, terus aku harus ngapain?” kata lana
“ga
sulit ko, ajak dia biar bisa makan malam dengan ku, ingat malam ini” tegas ady
“itu
sih gampang, terus aku dapat apa donk?” dengan wajah candaan lana.
“ko
sama teman perhitungan sih” ady dengan wajah membujuk
“iya,
iya,... aku becanda ko, aku senang jika melihatmu dengan wajah bahagia seperti
itu” rasa iba lana
Tanganpun
berjabat, pertanda “Deal”.
Usai
maghrib ady yang biasanya dengan wirid sholatnya agak lama’an menunggu sholat
isya, namun kali ini ady lebih cepat menyelesaikan wirid sholatnya. Dengan
berepakaian sudah rapi, hingga Rizal teman sekamarnya bingung, tidak biasanya
ady berpakaian rapi seperti itu setelah maghrib, dengan agak penasaran, Rizal
bertnya:
“Echmm,...
mau kemana neh ya, tumben berpakaian rapi,...” ejek rizal
“ada
deh,... ini ada urusan bisnis hati gitu, heeee” sahut besungan senyum ady
dengan cuek
“beneran
nih ga mau ngasih tau?, ga dikasih tau aku rasa aku juga sudah tau ko’ kamu mau
pergi kemana!” rizal dengan bahasa menduga-duga
“emang
kamu tau?” ady langsung menyahut
“makan
malam bersama cewe kan?”
“Mmmm...
emang kenapa kalau aku makan malam bersama cewe?” sewot ady
“ga
papa sih, cuman aku pesan aja, jangan terlalu larut malam” ady menunjukkan rasa
perhatiannya
“Jika
boleh tau, siapa sih si cewe itu?, hingga kau kelepak-kelepak seperti ini, hee”
ejek rizal lagi
“ada
deh,... nanti kamu juga tau ko’ nah dah adzan Isya tuh, aku sholat dulu ya...”
mengalihkan pembicaraan karena mengejar waktu dan ingin cepat-cepat ketemu
dengan wanita itu
“yo
wes lah, bilang aja udah ga sabar lagi ingin ketemu dengan wanita
idamaaaaaaaan, ujung-ujungnya juga bikin sakit hati.” Lana selalu mengejek ady
“Aaach
itu mah urusan belakangan, emang kan berani bermain cinta kita juga harus
berani tanggung resikonya, ya udah lah, jangan bicara lagi yaa, aku sholat”
dengan suasana ejek mengejek di atas sejadah hingga ady sholat.
Selesai
sudah sholatnya ady, walau agak cepat dari biasanya dia sholat tapi apalah
kalau rasa sudah bermain. Bergegas ady menelpon lana memastikan acara makan
malamnya.
“handphone
lana berbunyi”
“hello,..
Assalamu’alaikum,...” angkat lana
“gimana
lan, aku pengen berangkat nih, jadi ga siapa tuh namanya?” sambar ady dengan
tergesa-gesa
“aduuuuuuuch,
ady jawab dulu donk salamnya, namaya suci...” lana agak geleng-geleng dengan
sikap ady yang seakan lupa diri begitu
“iya,
iya, Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh... jadi gimana?” sahut ady
dengan sewot
“Alaaaaaaaaaaach,
udah berangkat aja, semuanya sudah beres ko’ tunggu aja dia depan rumah
makannya, dia pasti kesana“
“beneran
kan,...? awas lo,”
“iya,
iya,... ntar terlambat, jangan sampai dia yang duluan datang kesana” tegas lana
“iya,
ga bakalan,... aku tau ko’ ya udah aku berangkat” yakinkan ady dengan suaranya
“jangan
lupa salam” ejek lana
“Aaach
kamu lan, Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,...” Telepon sudah
dimatikan.
Pertemuanpun
terjadi, ady yang lebih dulu menunggu, tepat depan rumah makan itu dia
menunggu, kemudian terdengar suara sapa’an.
“hey,...
sudah lama menunggu” sapa Suci
Belum
menyapa balik ady bengong memandangi Suci yang terlihat sangat cantik, hingga
mata tak bekedip dipandangannya
“Hey,...
(Suci melambaikan tangannya di depan wajah ady) sudah lama menunggunya?” tanya
baliknya lagi oleh Suci
“Upzzz,
ya,.. yaa... maksudnya baru aja ko’ baru nyampe juga” suara gagu ady kumat
lagi, dan sambungnya lagi “ pa kabar?”
“seperti
yang kau lihat, aku masih berada di sini, baik,... lebih baik dari tabrakan
kemaren, heee...”
“Oh
iya, aku minta maaf atas kejadian kemaren” Ady merasa bersalah dengan kejadian
itu, dan agak tersipu
“ga
papa, lupakan aja lah hal itu, lagian itu ga sengaja kan” balas Suci
“yaaa,...
gimana ya, tapi kan aku tetap ga enak sama kamu...
Ech’,...
(ady tersentak) ga enak nih ngobrol pinggir jalan begini, masuk yu,... biar
sambil makan” ajak ady
“yo
wes lah kalau begitu, ayooo...”
Dalam
rumah makan yang tersusun empat buah kursi yang saling berseberangan, ady pun
duduk berseberangan dengan Suci.
Makanan
sudah dipesan, kemudian pembicaraan dibuka oleh ady
“Ech,..
aku lihat kemaren kamu saat tabrakan itu memegang lengan, pasti sakit ya?”
“hee,..
sebenarnya siich memang sakit, tapi tak apa lah” suci menjawab meski karena
terpaksa dengan ajuan pertanyaan ady hingga dia menjawabnya dengan menggoda
memegang tangannya bekas benturan itu
“boleh
aku lihat?” ady sambil mengulurkan tangan meraih tangan suci
Tanganpun
dipegang dengan lembut oleh ady, kemudian ady membuka lengan baju panjang yang
dikenakan Suci, dan suci pun tak mengelak akan tarikan tangan ady
“Aww...”
jerit suci, walau bekas itu tak sakit-sakit amat
“tuh
kan masih sakit?” suara ady dengan alunan memanjakan Suci
Kemudian
pandangan Ady dan Suci terhenti seketika, mereka saling menatap dengan penuh
seksama dan terlihat dari keduanya sudah memiliki rasa, kemudian tercetus
sebuah ungkapan dari ady
“kamu
sangat cantik sekali malam ini, terimakasih sudah mau datang, padahal aku tak
mengira kau sudi menemui aku”
“upzzzzz,...
(jemari suci menutup mulut ady) sebenarnya sih, sejak kejadian itu akuuu,...”
ucapan suci pun terhenti dengan lirih, dan langsung disela ady
“kamu
kenapa?” jawab ady menekan
“ga
papa,... (seakan ada ucapan yang disembunyikan suci)”
“apakah
kau juga suka sama aku?” lontar ady
“Eee,...
gimana ya, sebenarnya iya sih, tapi kan aku perlu tau dulu siapa kamu”
“hah,...
beneran apa yang kau ucapkan?” tergesa ady menanggapi
“iyaaa,...
tapi aku ga bisa pacaran seperti orang kebanyakan sih, itu udah menjadi prinsif
aku, tapiiiiiiii,... tidak menutup kemungkinan kita bisa kan berteman”, suci
seakan tak sadar bahwa yang seharusnnya melontarkan kata-kata itu adalah ady,
tapi gimana lah jika hati sudah berkata.
“Oh
tentu,... yang seharusnya bilang kata-kata itu bukan kamu suci, tapi aku,...
aku yang mengharapkan kamu agar bisa menjadi milik ku”
“seandainya,...
aku kau ijinkan bicara tentang perasaan, sebenarnya aku semakin yakin dengan
kamu, tapi tidak untuk pacaran” Suci menekankan prinsifnya
“asal
kau tau ya suci, dulu aku pernah pacaran, sekarang tak mudah bagiku tuk
mengulang masa itu, terlalu sakit tuk mengingatnya, sehingga aku bertekad tidak
mau lagi mengenal dengan yang namanya pacaran, tapi setelah melihat kamu,...
cintaku seakan hidup kembali, seakan aku ingin memilikimu, bersama hingga hayat
memisahkan”
“Ach,...
benarkah apa yang kau ucapkan dy?” lirih Suci
“yaa,...
aku serius, andai aku sudah kerja dan segenggam uang ada di tanganku sekarang,
ku pastikan, besok aku akan meminangmu”
“maksudmu,
sekali lagi aku baru mengenalmu, ga mudah aku bisa menerima dirimu” Suci seakan
tersinggung dengan angan-angan Ady yang mau meminangnnya
“kau
tersinggung?” lontar ady
“ga,...
cuman aku ga suka aja khayalan kamu yang mendesak begitu, ya sudah,...
kayaknnya waktu ku sudah habis bersamamu, kita pulang yu” Suci dengan gerik
seakan tak suka kepada Ady
“kau
ga marah kan ama aku? Please maaf, jika perkataan aku tadi mengusik hatimu”
“aku
ga marah ko’, ya sudah,... kita pulang ya” Suci masih mengusik hati Ady, dan
mendesaknya agar pulang
“ya
sudah, aku anter ya,...”
“ga
papa nih kan kita beda arah, asal ga merepotkan ya sudah”
Makanan
segera dibayar, kemudian di perjalanan pulang
“Sekali
lagi terimakasih ya suci dah mau temanin makan malam ini, tapi sungguh ucapan
aku tadi ga bermaksud mengusik hati kamu”
“lupakan
lah, aku bukan tipe cewek pendendam ko’, lagian besok juga udah ga kepikiran”
“alhamdulillah,...
bagus deh lau begitu, berarti aku ga perlu khawatirkan?”
“ya...”
suci menggelengkan kepala dalam hati, karena ady tak mengerti bahwa dia sangat
jengkel
Kost
Suci sudah terlihat, sebentar lagi langkahnya kan sampai, detik langkah
“Ok,...
sudah sampai, terimakasih ya atas makan malamnya, dan tentu juga kau sudah
menganterku, tepat depan kost ku, bye,...”
“bye,...
sampai ketemu besok ya, ech tunggu”
“ada
apa ya?”
“aku
boleh minta no ponsel kamu ga?”
“oh
ya tentu,...”
Makan
malam sudah selesai, dan no ponsel sudah didapat sehingga ady pulang dengan
perasaan yang sangat bahagia dan senang, meski sebenarnya suci merasa terusik
dengan perkataan ady yang menyinggung masalah pinangan, karena kesan bahwa ady
seorang yang PLAYBOY. Meski semua laki-laki hanya melontarkan sebuah janji dan
suci sering sekali mendengar ucapan itu terhadap laki-laki yang sekian banyak
dekat dengannnya.
Pukul
21.30 tepat ady sampai ke asramanya, sesampai ady langsung membasuh muka dan
bergegas membuka laptop untuk membagi kebahagiaannya dengan sebuah tulisan
Isi
tulisan itu adalah:
“malam ini aku sangat bahagia sekali, aku
bertemu dengan seorang gadis yang memang sudah sejak sore aku rancang untuk
bertemu yaitu melalui perantara sahabatku, namanya lana. Dia yang menyusun
acara pertemuanku dengan suci. Sungguh aku terpana sejak pandangan pertama
melihatnya, tiada terkotori lagi hatiku tuk berpaling ke gadis lain, tapi yang
masih membuat aku gelisah, suci tidak mau berpacaran, aku hargai prinsif itu,
aku kan selalu menunggu dimana waktu yang akan mempersatukan dan memisahkan
diriku kelak, untuk sementara biarlah ku jalanin dengan sebuah pertemanan dulu.
Aku yang selalu mencintamu wahai wanita pujaanku. ADY ”
Hujan Menggoyon
Saat
Tetes Menari-Nari Di Bumi
Angin
Meniup dan Berhembus Membuat Terlelap
Biar
Kelopak Dimanjakan Pulas
Maka
Hanya Kau Tetes Dan Titik Pertama
Tuk
Pelipur Lara Dalam Maya
Mari
Berdendang Dengan Pohon Yang Bergoyang
Mari
Masuki Nada Alunan Suara Nan Mendung Berirama
Hempaskan
Bunyi Drum Gemuruh
Lampu
Sorot Kilat Menyala Di Pusar Dunia
Marilah
Bernyanyi Dengan Rumput-Rumput Ilalang
Dan
Cacing-Cacing Linglung
Bersorak
Gembira Hingga Masa Menjemput Suasana
Sejak
itulah ady sering mengukirkan ungkapan hatinya melalui tulisan, dia seakan
pengen hidup berabad-abad lagi dalam ke kekalan cintanya. Dan semenjak itu pula
cinta semakin bersemai dan terbelenggu dengan rasa cintanya terhadap suci.
Hingga ady sering ga karuan dan sering terlupa untuk sholat karena sibuk sms’an
dan telponan dengan suci.
Waktu
berjalan, hari berganti datang silih menyirami rasa kebahagian duniawi, agama
tergadai sampai waktu sebuah pertemanan menjadi lebih sekedar teman, dulu
prinsif berubah menjadi agresif memutar akal hingga terkorbankan pula prinsif
itu. Segala macam hal berdatangan, dari yang positif bahwa suci membuat ady
lebih baik karena ady ada teman ngobrol dikala dia lagi membutuhkan, dan
negatif merubah yang positif dari sholat jadi lupa sholat, dari jarang ketemu
menjadi sering bertemu, dari yang suka di keramaian menjadi suka pada kedamaian tanpa banyak orang, dari
bercadar hingga tak sadar melepas cadar, dari busana muslimah menjadi pakaian
mumi yang membalut tubuh, dari sering ngaji hingga berbuat keji, begitulah
selama berjalan perjalanan ikatan cinta ady dengan suci yang dengan janji kelak
ady akan meminang suci.
Beberapa
bulan telah berjalan, bulan pertama happy-happy, bulan kedua fine-fine, bulan
ketiga juga masih good, bulan keempat ady sudah mulai mencari perbedaan
hubungannya. Sekian waktu bergulir pada bulan keempat ikatan ady dengan suci
mulai merenggang. Sms sudah jarang, telpon terkadang terabaikan.
Perenungan menjadikan suatu miracle prilaku
Silih
berganti akhirnya waktu juga yang membawanya menyadari atas segalanya. Suatu
malam ketika sebuah hidayah tuhan datang pada ady, bukan hal yang aneh ketika suatu
ketika insan muslim kembali pada hakikat agamanya. Perenungan ketika ady
sendirian tiada teman, dering telpon tak berbunyi, teman yang biasa ramai di
tempatnya entah kenapa malam itu sepi dan sungguh sangat sepi. Terpapar di
pembaringan, tergeletak dikesendirian, termenung dalam kesuraman, dan tersentak
hati bercahaya, membuat jiwa raga mulai merasakan terhadap hal yang telah
berjalan dalam hidupnya. Menapak kaki mengulur badan mengambil kesucian
terhadap air wudhu, bersimpuh meminta maaf kepada ilahi, tuhan maha pengampun,
tuham maha segala pemutar balikan keadaan yang tadinya diberi kenikmatan dunia
menjadi kepahitan terasa bosan berpijak ke tanah dunia.
Waktu Seakan Lamban
Baru
Saja Ku Menanti Sang Surya Dengan Tersiksa
Terasa
Lama Dan Lamban….
Ingin
Ku Raih Tuk Ku Lihat Teriknya,…
Ku
Gelisah,… Dia Semakin Jauh, Jauh Dan Jauh
Ku
Semakin Khawatir Tak Bisa Rasakan Pancaran Sinarnya,
Tatkala
Malaikat Kecil Datang Mencoba Menghibur,…
Ketenanganpun
Mulai Bersemai,
Ku
Semakin Gembira, Dan Semakin Tenang…
Tapi…
Kegembiraan Dan Ketenangan Tak Mau Berlama-Lama Dengan Ku
Hingga
Makin Lama Dia Bagai Fatamorgana , Menghilang Dan Tiada,…
Aku
Tak Bisa, Aku Tak Bisa Menatap Cahayanya,
Ku
Semakin Ragu Dengan Hati Ini,
Aku
Takut, Aku Khawatir,…
Aku,
Aku, Aku,… Aku Ingin Dia…
Sekarang,…
Ya, Sekarang,…
Biar
Hati Tak Berpikir Dan Raga Tak
Meronta-Ronta…
Jika
Kau Perkenankan, Biarkan Mata Menatap Mata…
Hari
Menatap Hari…
Hingga
Hati Tak Takut Dan Khawatir Lagi Tuk Selamanya,…
Kaulah Kehidupan
Wahai
Samudera Kehidupan
Kau
Kasih Sayang, Kau Tabur Kebencian….
Dulu
Aku Mengenang, Dulu Ada Kehidupan
Dulu
Aku Menyayang, Dulu Aku Kau Kasih Kehidupan
Dulu
Aku Membayang, Dulu Kau Kasih Aku Harapan Kehidupan
Sekarang
Aku Membuang, Sekarang Ada Kematian
Sekarang
Aku Membenci, Sekarang Aku Kau Kasih Kematian
Sekarang
Aku Di Hadapan, Sekarang Kau Kasih Aku Harapan Kematian
Apa
Mau Mu…?
Apa
Maksud Mu…?
Apa
Mau Dan Maksud Mu…?
Aku
Pimplan… Aku Tak Karuan…
Kau
Kasih Sayang, Tapi Kau Beri Kebencian…
Aku
Harus Apa…?Aku Harus Bagaimana…?
Aku
Begini, Kau Begitu…
Aku
Sendiri Kau Menghampiri Ku…
Aku
Berbondong, Kau Menjauhi Ku…
Mau
Mu Apa…?
Maksud
Mu Apa…?
Mau
Dan Maksud Mu Apa…?
Aku
Berdiri, Kau Malah Duduk…
Aku
Duduk, Kau Malah Berdiri…
Apa…?
Apa…? Apa…?
Kamu…?
Kamu…? Kamu…?
Aku…?
Aku…? Aku…?
Maksudnya
Apa…?
Apa
Ya Apa… Maksud Ya Maksud…
Jangan
Apa Ya Maksud Dan Maksud Ya Apa
Apa
Maksud…? Maksud Apa…?
Aku
Bingung… Bingung Apa Maksud…? Maksud Membingungkan…
Bingung
Ya Aku… Aku Apa Maksud…? Aku Membingungkan…
Siapa
Aku…? Siapa Kamu…?Siapa Bingung…? Siapa Maksud…?
Semua
Bingung…!!!
Istighfar terucap.
“ya Allah, sesungguhnya kini ku tak pantas bersimpuh
kepada terhadap apa yang aku lakukan terhadap fana’nya dunia-Mu, kini ku
mengemis kepadamu memohon ampunan dan ku juga bersedia mendapat azab duniamu,
walau kini ku hanya membual kepada mu, ku teteskan air mata ini, demi
mendapatkan ampunan terhadapmu, izin kan dan tuntunkan jalan ini agar selalu
instiqamah ke jalan lurusmu, biar badan binasa tar luka, biar hati bergeririk
tak menghujatmu, kini pasrah aku orang berdosa” usai itu perubahan kembali menjadikan dirinya sebelum
mengenal suci.
Mustajab Miracle Perenungan
Ketika Sang Malam Ku Berada Di Pusat Mustajab
Desir Alam Membuka Pelupuk Mimpi Betemu nyata
Hingga Kemuskilan Simalakama Beradu Di Selasar Jiwa
Namun Ketika Memorabilia Sebagai Cahaya
Serongkol Menakzimkan Raga
Ku Senangi Wanita Dan Wewangiannya
Tuk Jadikan Penyejuk Hayat Dunia
Renjana Mengirap Hingga Menguak Organ
Dikala Renjis Air Menyiram Badan
Sampai Dimana Saat
Kesucian Membasuh Kearifan
Dikala Putih Bersayap Membisikkan
Dan Menyeru Qalbu Ditiap Waktu Yang Ditentukan
Bagai Sebuah Telaga Yang Airnya Mengalir
Dan Meruah Dekat Pintu Istana
Tak Heran Dikala Insan Yang Dicandu 5 Kali Dalam Sehari
Tuk Menyelam
Dibawah Pesona Bulan Menambah Tagih Beberapa Kali
Biar Ku Rasakan Kedamaian Dan Ketentraman
Hingga Terangkat Sebagai Pionir Sang Malam
Ku Berserah Hingga Terpapar
Sampai Saat Penghisaban Datang
Beruntung Atau Tidak…
Ku Hanya Insan Yang Tak Mau Abadi Dalam Kegelapan....
“Cinta”
dalam goresan pena Diary Ady
Mari kita simak:
“Dalam liku hidupku, aku selalu terbelenggu oleh yang
namanya “CINTA”. Dulu aku sering roboh dan tergampar dipulau cinta, hmmmm... di
tiap waktu ku, ku sibuk kan dengan cinta, berkali-kali terjatuh hingga bangkit
lagi demi cinta, sampai saatnya aku bangun dan bangkit, sebuah semangat yang
luar biasa. Aku punya sosok Leo yang ada pada diriku, aku bukan tipe orang yang
terbelenggu dalam cinta, biarlah cinta kelak terbelenggu oleh kita.
Dalam kisah cintaku, aku adalah orang yang cuek terhadap
pasangan, aku tak romantis, namun aku menyebalkan tapi mengangenkan.
Dalam
cerita ini ady memang menganggap dirinya tidak romantis dan cuek terhadap
pasangan, akan tetapi wanitanya menganggap dirinya sebagai diri pribadi yang
disenangi oleh kebanyakan wanita. Lanjut lagi kita simak,....
Dalam masa ini aku sudah empat kali pacaran (dalam Islam
ga ada pacaran ya...), aku rasa aku tidak pacaran seperti jaman sekarang orang
mengartikan pacaran, entah Tuhan terlalu sayang atau apalah, saat aku berduaan
aku selalu merasa bagai diterjang orang, entah itu malaikat atau penolong,
kenapa demikian...? rasa ku selalu jijik dan ga enak badan jika aku bersama
pacar aku, tetapi saat banyak orang dan di tempat umum aku merasa nyaman di
dekatnya. Hal itu telah berulang-ulang hingga sampai saat ini. Tengah berjalan
di massa itu, aku mulai menyadari apa itu arti kehidupan dalam percintaan. Saat
aku jauh dengan yang ku sebut itu pacaran, dengan hasrat hal-hal negatif
dibenak dan condong itu hanya setan. Aku rasa percintaan itu setelah dalam
perenungan beberapa tahun ke depan, itu adalah hanya tipuan yang nantinya akan
selalu mengarah kepada kepahitan. Tiada kekal bagiku cinta duniawi tanpa
terkecuali adalah ikatan cinta terhadap Tuhan.
Ku
ungkapkan cintaku:
Cinta
Mu Tuhan
Kasih
ku kasih seorang ibu terhadap anaknya
Sayangku
sayang seorang bapak yang menafkahi
Rinduku
rindu bagian cinta pada Tuhan ku
Hartaku
hartai saudara-saudaraku yang membutuhkan
Istanaku
istana untuk kalian wahai kerabatku
Sebening
kasih kasih, Segenggam sayang, seuntai rindu, setumpuk harta, dan seluas
istanaku itulah CINTAKU wahai TUHANKU...
Pujungga Cinta
Laksana
merpati terbang di samudera biru kelak cinta berkata ingin meraihnya sayap-sayapnya
Maka
ku tak akan terbang tuk meraihnya sayap itu
Aku
akan memanahnya dengan busur yang panas dan sangat tajam
Karena
cintaku memiliki sayap-sayap yang lebih mulus dan bagus dari merpati itu
Ku
rela patahkan tanganku tuk ku jahit menjadi sayap-sayap angan mu
Biar
kau tau pengorbanan cintaku padamu
Rela
hilangkan untaian tangan yang selalu ku jaga tuk mengusap paras wudhumu
Laksana
taman dengan keindahan bagai surga hingga cinta mengucap ingin memandangnya
Maka
ku takan biarkan kau memandang cakrawalanya
Aku
kan buat hijab yang besar hingga tertutup tatapmu
Karena
cintaku memiliki taman yang lebih indah dari pandang surgamu
Ku
rela congkel mataku tuk ku ganti dengan surga firdaus keagunganmu
Biar
kau tau pengorbanan cintaku
Rela
ku congkel harta pandangku yang selalu ku jaga tuk tatap laku akhlaq nabi ku
Hingga
malam memudar, siang menyingkap
Sayap-sayap
cintaku kan tetap membawa ke pangkuan malam
Dan
taman surgaku kan tetap menyemai ke massa terik siang
Hingga
lenyap tiada cinta kan terkubur dalam cinta
Sekelumit
cinta pujangga ku, ku rasa itu terletak pada tingkatan paling bawah pujian ku
terhadap cinta, jiwa yang tenang tanpa cinta dunia, tetapi cinta dunialah yang
menenangkan kita.
“hal yang begitu
pilu dan menyakitkan kan terbenam bersama mentari, melakukan hal yang
bermanfaat bagai menunggu tidur di malam hari, kelak kita kan dapatkan kesejukan
dan kelembutan embun di pagi hari”.
Itulah
rongrongan kehidupan Ady, dari sebuah ungkapan lewat Diary, puisi-puisi, maupun Syi’ir-syi’ir yang dia curahkan terhadap
cinta dan kehidupannya. Kita cermati pula, dari gaya bahasa dan ucapannya, ady
adalah seorang penyair, bahasa yang digunakannya adalah bahasa hati yang dalam
dan juga yang banyak pengalaman atau sudah makan garam sedikit banyaknya
terhadap kehidupan dunia kampus. Sosok yang tegar dalam sebuah kehidupan. Huruf
demi huruf Ady utarakan menjadikan sebuah kalimat kepiluan. Namun kehidupannya
tak berakhir di situ saja, seperti yang tersurat dalam goresan-soresannya.
Sangkakala
Ketika
Wanita Semakin Banyak Dipermukaan,
Haram
Menjadi Halal,
Tiap
Orang Memperebutkan Kekuasaan,
Saling
Bunuh Membunuh,
Hingga
Rusaklah Daratan
Binatang-Binatang
Raksasa Bermunculan,
Ya’juz
Ma’juz Menguasai Jalan,
Semua
Dipertaruhkan,
Siapa
Kuat Dia Kan Bertahan
Hingga
Tiupan Pertama Menggoncangkan,
Tiada
Penguasa, Tiada Rakyat,
Tiada
Budak, Dan Tiada Semuanya,
Siapa
Beruntung Dia Kan Datang.
Biar
Istana Menggulung Tanah,
Biar
Rakyat Tak Kenal Lelah,
Biar
Budak Diperlakukan Semaunya,
Disana…
Tiada Lagi Yang Berdaya…
Tiupan
Kedua…
Meleburkan
Memusnahkan, Kilat Menyala, Petir Menyambar,
Semua
Rebah, Semua Lebur,
Semua
Berserakan,Semua Tiada Tiang…
Semua
Musnah…
Mereka
Akan Datang…
Guaaarrr,
Menggelegarrr…
Tiupan
Akan Datang, Sang Surya Semakin Dekat, Panas Dahaga Kehausan,
Hanya
Iman, Iman Dan Iman…
Sangkakala
Telah Datang…
Begitu
setiap detir waktu berjalan sebuah ungkapan yang tertuang lewat tulisan, sebuah
kekecewaan dan rasa membosankan terhadap kehidupan dunia, hingga saat ady
sempat berpikir bahwa dia lebih senang meninggalkan dunia yang fana’ ini
daripada harus menghadapi kehidupan yang begitu menguras hidup, dan jiwanya
seakan terlunta-lunta dalam ketidak jelasan apa yang sebenarnya terjadi pada
dirinya. Akhirnya dia mulai mendalam berpikir, perenungan demi perenungan,
kesendirian demi kesendirian, hingga mustajab dalam pelupuk do’a. Dengan
kelebihan mistis yang ada pada dirinya, malam itu dikesendirian dia merenung,
kelap kelip sosok membayang, terhampiri dia mendatang.
Tubuh
seakan ada hal yang masuk ke dalam rohnya dan mengendalikan segala geriknya,
sosok seorang pangeran tampan tepat di depan mengelilingi tubuhnya, manik-manik
kuning terpasang di leher pangeran, hiasan berlian dan permata membuat mata
senang memandanginya, ady terkaget dengan sosok itu.
“hah,...
siapakah gerangan wahai engkau dalam sosok pangeran, sudi kiranya kau
beritahukan apa maksud kedatangan”
“aku
datang sebagai bayang, aku kemari menghampiri sebagai sosok menyukai”
“apakah
maksud gerangan perkataan pangeran?” ady seakan bingung
“aku
menyukai apa yang telah engkau sukai”
Ady
semakin tak mengerti, akan tetapi ady memulai menguras otaknya untuk segera
memahaminya
“aku
menyukai bahwa segala sesuatu maya itu adalah nyata bagiku” ady melontarkan apa
yang ada pada pikirannya sekarang
“aku
adalah nyata itu”
“apakah
kau imajinasiku?” tanya ady yang semakin penasaran
Sekejap
sosok menghilang, hingga ady berpikir bahwa itu adalah sebuah mistery yang
harus dipecahkan.
Semakin
hari ady semakin berada dalam kebingungan, melangkah langkahnya terhentikan
oleh bayang, membayang langkah tak karuan. Ingin rasanya dia merengek tiap
waktunya, sekejap sosok datang, sekejap menghilang tinggalkan sebuah teka-teki
kehidupan, dunia fana’ penuh godaan.
Suatu
ketika saat da sendiri, sendiri, dan sendiri lagi, sosok datang. Namun dia
datang tidak sendirian, dia bersama wanita, wanita itu bagai puteri raja,
dengan paras yang sangat cantik, hiasan-hiasan berkilau menghias elok tubuh
wanita itu, lalu bicara sang pangeran:
“lihatlah...!”
seakan menunjukkan wanita itu pada ady
“ada
apa maksud pangeran datang membawa sang puteri, dari mana asal puteri itu?” ady
bertanya yanng semakin hari sosok itu semakin membingungkan ady. Dan kemudian
setelah itu tanpa jawaban sang pangeran dan puteri itu menghilang.
“Aaaaaaaach,...
apa maksudmu wahai sosok yang tak aku mengerti? Kau datang dengan membawa
mistery, lalu pergi tanpa permisi. Aaaaaaaaach,... masa bodoh” teriak ady
dengan suara kejengkelan.
Dengan
kejadian-kejadian seperti itu secara berulang-ulang ady merasa bahwa apa yang
dialami dirinya ada hal yang tak beres, ady mulai berkonsultasi dengan kakaknya
Erna, dimana kakaknya mengingatkan agar ady selalu istiqamah dalam ibadah,
pesan yang sangat singkat diterima oleh ady terhadap kakaknya. Dengan begitu
ady semakin tambah bingung ada apa gerangan, mengapa kakaknya termalah membuat
ady berrtambah bingung. Penasaran semakin menghantui ady, hingga berbagai jalan
dia susuri untuk mencari tahu ada apa sebenarnya, apakah ada hubungannya dengan
perkataan kakaknya yang telah lama berlalu, bahwa “kelak akan ada pengganti
kakaknya”.
Waktu
itu kata ibu, kakak semasa masih duduk di bangku SD sangat sering berlaku aneh,
terkadang bicara sendiri, terkadang pula tertawa sendiri, yang seakan dia lagi
asyik bermain dengan seseorang, padahal tidak ada seorangpun. Hampir satu
minggu dalam hari-harinya tiap malam kakak kerasukan atau dimasuki oleh roh
halus, bertingkah bagai sosok buaya yang menggerogoti ubin rumah. Dengan
sesajen yang biasa dibuat oleh ibu dan ayah ady dapat menenangkan dan membuat
roh halus itu keluar dari tubuh kakak ady, hal itu terjadi setiap hari setelah
ba’da maghrib selama hampir satu minggu.
Termalah
juga kulit kakak yang tumbuh seperti penyakit kulit bagai sisik, itu dialami
kakak selama bertahun-tahun, teman-temannya yang sering mengejeknya, akan
tetapi dia tidak menghiraukan sama sekali, dia tetap bahagia dan merasa tiada
beban dalam hidupnya. Hal itu yang membuat ibu ady tegar masih bisa melihat
kakak tersenyum, walau senyuman itu memberikan kepedihan dalam hati ibu ady.
Dan
terkadang pula ibu ady yang mengalami hal seperti kakaknya, bagai menjelma
seperti buaya, dan sering juga terlihat taring yang sangat panjang ketika roh
itu masuk ke dalam badan ibu ady. Kejadian ibu dan kakak ady tidak mengenal
siang ataupun malam, pagi atau sore, ketika sosok itu merasuk ke dalam tubuh
maka terjadilah hal-hal seperti itu. Namun keluarga ady tidak begitu cemas
dengan hal itu, karena sudah terlalu sering, sehingga menjadi sebuah kebiasaan.
Iya,
mengapa hal-hal seperti itu terjadi pada keluarga ady, ada hal mistis, ada hal
yang seakan sakral. Sebuah keyakinan, sesuatu yang tidak bisa dihapuskan ketika
seseorang sejak awal sudah memiliki darah keturunan dapat berinteraksi dengan
makhluk ghaib, bukan kelebihan, bukan pula belajar, akan tetapi hal itu datang
dengan sendirinya. Mengapa hal itu bukan sebuah kelebihan, itu adalah bahasa
ady, karena dia merasa itu bukan sebuah kelebihan, akan tetapi sebuah
kekurangannya, karena gara-gara itu dia berada dalam kesulitan terhadap
dunianya, baik itu dalam hal berprilaku yang sering kali hal seperti itu datang
dengan tiba-tiba, sehingga ady menjadi terganggu dan berefek samping dia dapat
mengganggu lingkungan sekelilingnya juga. Dari dia kedatangan seorang raja atau
pangeran, hingga seorang puteri, pusaka-pusaka yang diperlihatkan kepada ady,
baik itu berupa pusaka keris dalam telur emas, kendi emas, Qur’an emas, kulit
kijang emas, bulu merak emas, tinta emas, pedang emas, sampai-sampai segala
pakaian hingga yang terpancar adalah emas. Membingungkan dan penuh dengan
mistery, memperlihatkan tetapi tidak memberi, apakah gerangan? Apakah maksud
dari pangeran atau raja itu terhadap ady, apakah dia mau mengawinkan puteri itu
dengan ady? Tapi apakah benar begitu? Dan mengapa harus ady?
Lima
Ilalang Dalam Khayal Ada dan Tiada
(Cinta Kasih Ady dengan Puteri Dalam Suri)
Badai
semakin kencang, dan hujan semakin deras, malam itu adalah malam Jum’at kliwon,
dimana sosok itu datang kembali, apakah dia dengan seorang puteri? Ya, kali ini
dia sama seperti dia pada mula membawa seorang puteri itu kepada ady, akan
tetapi hal yang sangat berbeda, bahkan sangat berbeda sekali, 100 kali lipat
juga bahkan sampai 1000 kali lipat pada mula pangeran atau raja itu membawa
seorang puteri, dia lebih cantik dan sangat cantik, bagai bidadari, bagai
titisan tuhan, aku rasa tiada yang bisa menandingi kecantikan dan kesempurnaan
puteri pada malam itu, mata yang berbinar-binar memancarkan cahaya ketenangan,
kedamaian, hingga ady tak berkelip mata dan tak henti memandangi sekujur tubuh
puteri itu, hiasan gaun pengantin emas, dengan manik-manik yang semua terbuat
dari emas. Libur yang sangat menyenangkan untuk ady bahkan sangat membahagiakan
ady, dia berkumpul dengan keluarganya di rumah, dan dia juga yang pertama
kalinya merasa kebahagiaan dan keluarbiasaan kedatangan raja atau pangeran itu,
yang biasa dia ketangan sosok yang sangat mengecewakan dan menjengkelkan ady
karena ketangannya itu selalu membawa misteri.
Tak
terkata oleh ady.
“Apa
maksud pangeran dengan menunjukan sang puteri yang sangat berbeda pada malam
ini, ditambah dengan gaun pengantin, siapa wahai pangeran yang akan menjadi
mampelai pria dari sang puteri?”
“dia
untukmu wahai anakku, dia adalah puteri satu-satunya dariku, kini saatnya aku
akan menyatukan kalian berdua, bersedia atau tidak kau harus setuju!!!”
“hah’,
aku tak mengerti maksud pangeran, ech maksudnya raja?”
sang
raja tanpa berbelit-belit “dia adalah puteri ku, namanya Pertiwi, Suci Pertiwi”
“hah’,...
apakah benar nama itu wahai pangeran?” tanpa kata ady sangat terkejut, karena
dia mengingat akan nama itu, nama seorang gadis masa lalunya.
“ya,...
itu namanya!!!, apakah kau bersedia untuk menikahi puteriku?”
“tapi
raja,...” ady semakin bingung, dia
merasa ini hanya sebuah mimpi dimana serupa dengan kedatangan raja itu dengan
membawa kembali misteri-mesterinya. Dayang-dayang dari istana, dimana ada
sebuah hal yang tak bisa dipercaya pikir ady, alam dunia menjadi alam kerajaan
atau istana, pakaian ady berubah menjadi pakaian pangeran, entah ady dibawa
dengan pengalihan pandangan, ataukan itu apa,... hal itu sangat-sangat membuat
ady bingung sekali.
Seperti
kata raja, ady mau atau tidak menikahi puteri raja, pilihannya adalah tetap “ya”.
Dengan itu ady bersanding dan di hadapkan dengan hidangan-hidangan makanan dan buah-buahan yang berasal dari
dunia, akan tetapi rasanya jauh berkali-kali lipat lebih enak dan lezat.
Setelah makan dan minum sebentar lagi akan dilaksanakan pernikahan ady dengan
puteri itu. Dengan wajah ady yang seakan dia tidak dipaksa, wajah yang
mencerminkan dia bahagia dapat memiliki sang puteri yang sungguh sangat cantik.
Pelaksanaan perkawinanpun segera dimulai, hingga secara adat raja pernikahan
sudah sah. Dengan istana yang megah dan sangat luas, tiada kekurangan satupun,
bahkan sangat berlebihan, sehari dia di sana terlihat ady sangat menikmati,
baik rohani maupun jasmani, baik raga maupun bathin, pokoknya ady sangat puas.
Bahkan dalam hubungan intim, ady dapat melakukan berkali-kali tanpa merasa
lelah atau pun kecapean, waktupun terasa lamban dengan sebuah kebahagiaan dan
kenikmatan. Sampai-sampai ady lupa dimana keberadaannya sekarang.
Ke-esokan
harinya ady dengan pakaian tidur khas seorang pangeran, dengan kain yang sangat
lembut dikenakannya tadi malam, berjuta bahkan beribu-ribu keindahan di alam
itu ady dapatkan, mau apa akan tersedia, bahwa disana dibanding dengan dunia
ady sangat jauh berbeda, dari pelayanan seorang isteri terhadap suami jauh
berlipat-lipat dibanding dengan dunia ady, lingkungan tertata rapi dan indah,
tiada sampah satupun yang berserakan, orang-orang di sana sangat ramah-ramah,
sopan dan santun, dan sampai tiba hari berganti malam kembali. Memang disana
tidak terasa waktu, padahal berjalan sangat lamban, akan tetapi karena sebuah
rasa yang membuat penghayatan atas waktu terlupakan, juga karena sudah terbuai
akan alam yang sangat mengesankan dan indah itu, seakan ady sudah berada di
sorga.
Malam
itu, tetap pada malam ketiga yang dirasakan ady berada alam sorganya, asyik
berbincang dengan isterinya Suci Pertiwi, datang cahaya putih yang berubah
menjadi sosok manusia, ady tak mengenalnya, sosok itu datang dengan berbaju
putih, berjanggut, dengan surban di kepala, seperti sosok ulama di dunianya.
Lalu berkata:
“lepaskanlah
dia, dia bukan milikmu, dia masih hak dari tuhannya, tuhan yang maha Agung”
lelaki tua itu berkata kepada isteri ady
“hey,...
siapa kamu? lancang kau memasuki istana dan kawasan kekuasaan kami”
“jangan
bertanya, tiada yang dapat berkuasa di atas segala kuasa”
“apa
maksud kedatangan anda kesini?”
“aku
hanya ingin menjemput ady, seorang keluarga dan orang tua yang telah kering air
mata menunggu kedatangan jasad yang telah kau bawa”
“maksud
paman apa ya?” ady menyambar dengan pertanyaan bingung
“iya
ady, pada malam itu seluruh keluarga mu tak biasa berkata apa-apa melihat
keadaanmu, setelah kau berteriak dengan mengucap asma “ALLAH” setelah itu kau
tak bangun-bangun dari pembaringan, seperti badai tanpa roh”
“apakah
benar begitu paman?”
“ya,...
kau harus percaya”
“jangan
percaya ady” sang puteri berkata
“hey,...
diam kau!!!, sejak pertama aku sudah curiga akan kejadian yang sangat aneh ini,
aku percaya padamu paman, mari bawa aku pulang”
“jangan
ady, sekarang kau milikku, kau tidak boleh meninggalkan aku”
“cukup,
sekarang aku akan menceraikanmu”
“hah’
kapan kau menikah wahai ady?,” lelaki tua itu terkaget mendengar ady sudah
menikahi sang puteri.
“3
hari yang lalu paman, sejak aku beranjak di tempat ini, pada hari itu aku
langsung dipaksa menikahi dia” ady menunjuk sang puteri dengan wajah yang
sangat kecewa karena puteri itu sudah membohongi dan mengelabuinya
“apakah
kau tau ady, berapa lama kau terbaring di tempat tidur pada duniamu?”
“aku
tidak tau paman”
“kau
sudah terbaring 3 bulan ady, satu hari kau berada di sini, di duniamu satu
bulan, bagaimana jika kau berlama-lama disini, mungkin saudara dan bahkan orang
tua mu sudah tidak ada lagi di alam nyata mu”
“aku
jadi khawatir paman dengan keluarga dan orang tua ku, ayo,... aku tak mau
berlama-lama ditempat ini paman”
“tutup
matamu ady” dengan berpegangan tangan lelaki tua itu dengan ady, lalu mereka
kembali pada alam di mana ady pertama terbaring, yaitu alam dunia.
Kembali
ke alam asal, bagai roh masuk ke batang tubuh. Siang itu, terdengar alunan ayat-ayat
Qur’an, dan masyarakat berkumpul, apakah yang terjadi, hingga Sahadat dialunkan
ketelinga jasad ady, ady masuk kebatang tubuh, masih tak bisa bergerak, seakan
sangat kaku dan membeku ady bergerak.
“Ashadu
anla ilaha illallah wa,...” terpotong ayat itu dibacakan oleh salah seorang
pemuka kampung di tempat ady. Tangan ady mulai bergerak, dan waktu itu ibu ady
yang selalu berada di samping ady, ketika ady terbaring sejak 3 bulan itu.
eesokan
harinya keadaan dan kehidupan ady kembali seperti semula, sebagaimana aktivitas
dilakukan sebagai mahasiswa. Beberapa mata kuliah tertinggalkan dalam tiga
bulan terkhir. Dan ternyata waktu itu dia telah melewati mata ujian yang sudah
tertinggalkan olehnya.
Masuk
pertama setelah kejadian itu dalam dunia perkuliahan ady langsung menemui dosen
fakultas yang mengani kemahasiswaan. semua mata kuliah yang sudah final, ady
meminta kebijakan apakah dia bisa menyusul untuk mengikuti mata kuliah itu.
Assalamu’alaikum,...
ady di depan pintu kantor dosen yang menangani kemahasiswaan
Wa’alaikum
salam,... masuk. Tiada tanggapan apapun, biasalah dosen terkadang tidak
memperhatikan keadaan mahasiswanya.
Begini
pak, kan kemaren saya lagi sakit, dan dari kabarnya saya telah banyak
tertinggal mata kuliah, dan sebagian sudah ada final. Bagaimana apakah ada
kebijakan terhadap hal ini?
Oo,...
kamu yang namanya Ady ya,...?
Iya
pak.
Gimana
ya, kita telah memiliki sistem atau peraturan yang sudah kita jalankan sejak
awal.
Apakah
ada solusi pak?
Eee,...
kalau ini sih tergantung kepada dosen-dosen yang bersangkutan dengan mata
kuliah itu. Begini aja, coba dulu hubungi dosen itu. Keputusan ada sama mereka.
Tetapi yang perlu kamu tau, bahwa absensi menentukan.
Begitu
ya pak.
Eee,...
kayaknya kamu langsung saja ya ke dosen itu, bapak tidak bisa mengasih
keputusan itu, dan apakah bisa atau tidaknya bapak tidak bisa menjanjikan.
Ya
sudah pak, terimakasih ya,...
Ady
keluar dengan hati yang was-was, dan dia langsung menemui dosen-dosen yang
bersangkutan itu. Satu persatu dia temui dosen itu.
Assalamu’alaikum,...
Wa’alaikum
salam,... masuk
Ady,
sudah sembuh ya,...?
Iya
pak, Eee,... kabarnya mata kuliah bapak sudah final ya pak?
Oh
iya Dy, Eee,... dosen itu agak bingung.
Kenapa
pak, Bisakah saya mengikuti final susulannya?
Gimana
ya,... jemari dosen itu mengetuk-ngetuk meja dengan kebingungan
Boleh
liat absensi saya ga pak?
Itu
masalahnya Dy, absensi sudah diserahkan kepada pengelola, kemungkinan sangat
sulit sih untuk bisa, tapi bapak coba dulu ya bicara nanti.
Terus
gimana ya pak?
Ntar
bapak bicarakan dulu ya,...
Kira-kira
kapan bapak ya saya bisa menemui bapak kembali?
Sekarangkan
hari Selasa, hari kamis ya,...
Ya
sudah deh pak,... terimakasih
Ady
keluar, dan target selanjutnya dia menemui dosen yang dilain mata kuliahnya
yang ketinggalan. Walau dengan perasaan yang agak kecewa bahwa suatu sistem itu
jika sudah tumbuh maka tiada yang bisa berbuat apa-apa.
Ady
masuk ruangan dosen itu, ternyata dosennya lagi tidak ada, kemudian dia
beranjak lagi menemui dosen yang lain, ternyata tidak ada pula, dan yang terakhir
dia menemui dosen selanjutnya.
Assalamu’alaimum,...
Wa’alaikum
salam,... masuk
Ady
menjelaskan sebagaimana penjelasan sebelumnya.
Ko’
bapak terasa asing ya melihat kamu?
Iyapak,
kita baru ketemu di mata kuliah ini.
Ooo,...
kamu sudah tau kan berapa absensi kehadiranmu, baik itu sebelum kamu sakit.
Berapa
pak?
Ada
2 kali terakhir jika tidak salah, kamu Ady kan
Iya
pak.
Iya
betul, kamu sudah 2 kali, dan ditambah dengan keadaan kamu yang sakit selama 3
bulan itu. Mungkin secara dosen-dosen lain juga begitu. Kamu tdak bisa mengiuti
final susulan, ya masih ada kesempatan kok, tahun depan kan bisa kembali lagi
menjalani perkuliahan.
Tapi
pak, kan saya lagi sakit.
Iya,
bapak tau,... tapi ya gimana lagi,...
Gitu
ya pak,...
ady
lalu permisi untuk keluar, dan dia menemukan apa jawaban semua dosen-dosen
mengapa mengulur waktu untuk menangani masalah ini.
Dengan
hati yang kecewa dan terluka, gara-gara kejadian itu semua mata kuliah pada
semester itu hilang begitu saja.
Dia
langsung pulang, dengan tiada harapan semester ini dia bisa kembali lagi ke
kampus, hingga semester berikutnya. Biasa ia pulang ke asrama, sekarang ia
langsung pulang kampung.
Sesampai
di rumah, dengan berat dia bertemu orang tuanya.
“Heyt
ady ko pulang ya,... ga masuk kuliah?”
“Eee,...
ady pengen istirahat dulu ya bu”,.... entar ady ceritakan”
Ya
sudah, tapi janji ya cerita ada apa,...
Ya
bu’....
Pukul
menunjukan pukul 16.00, ady merasa sudah segar setelah mandi, kemudian dia
duduk di ruang tamu sambil main gitar.
Tak
lama kemudian ibu ady datang,
Hey,...
ady sendirian ya,...
Iya
bu
Gimana
masih mau cerita kan ada apa di kampus tadi?
Iya
bu,...
Dan
kemudian ady menceritakan apa yang terjadi pada diri dengan hal perkuliahan.
Setelah diceritakan ibu ady merasa sedih terhadap apa yang dialami ady.
Setelah
curhat banyak ady sudah merasa mendingan, dan untuk tahu ini ady tidak bisa
melanjutkan kuliahnya, menunggu pada semester berikutnya.
6 bulan kemudian
Beranjak
persiapan ady untuk melanjutkan kuliah, semua sudah dipersiapkan tinggal
menunggu masuk kuliah. Namun sehari sebelum ady masuk kuliah ibu ady sakit,
kemudia dirawat di rumah sakit, dan sakit ibu ady ternyata sudah parah. Dengan
begitu ke esokan harinya ady terpaksa meminta ijin untuk tidak masuk kuliah
karena dengan keadaan ibunya yang sakit ady tidak bisa meninggalkan ibunya yang
sedang lemah. Ady berjanji tidak akan jauh dari ibunya selagi ibunya masih
terbaring sakit.
Sehari
sudah berlalu, besok ady meinta ijin lagi, dan selama seminggu berlalu ady
sudah tidak masuk kuliah karena menjaga ibunya. Ady ingat dimana ady waktu
sakit ibunya tidak pernah meninggalkan ady, dengan itu ady ingin membalasnya.
“Ady,...
ady sudah seminggu tidak masuk kuliah, biar ayah yang jaga ibu. Ayah ady bicara
dengan lembut menyeru ady.
“Tidak
yah, ady harus selalu dengan ibu, ady sayang ibu, ady tidak mau terjadi apa-apa
terhadap ibu”
“Tapi
ady, bagaimana dengan kuliahmu, kamu sudah ketinggalan mata kuliah selama
seminggu.”
Tapi
yah,...
Ga
papa,... ayah pasti jaga ibu ko’,... besok kamu kuliah ya,... nanti ada apa-apa
dengan kuliahmu, tambah sedih ibu jika tahu,....
Ya
sudah yah, ady besok masuk kuliah, tapi janji ya tolong jaga ibu baik-baik,...
Ayah
ady merasa bangga dengan ady karena sangat sayang terhadap ibunya, setelah ady
keluar dari ruangan itu, air mata ayah ady tertetes, tak sanggup menahan haru,
karena ada hal yang tidak bisa ayah ady sampaikan terhadap ady tentang keadaan
ibunya.
Ibu
ady menderita kangker otak, yang diperkirakan oleh dokter, umur ibu ady tinggal
10 hari lagi. Dengan takut ady mengalami depresi mendengar hal itu, maka dengan
keputusan ady tidak boleh tahu. Hari-hari ady dengan ketidaktahuannya berjalan
hingga waktu menentukan.
Seminggu
lebih telah berlalu, dengan sehabis kuliah ady selalu menjenguk ibunya di rumah
sakit, waktu ibu ady yang telah diperkirakan masih tinggal 1 hari. Ayah dan
keluarga ady yang mengetahui batas waktu ibu ady tetap tidak memberitahukan
kepada, membiarkan dalam ketidaktahuan ady dalam hal ini.
Sungguh
pahit dan sakit sekali ketika seorang anak tidak mengetahui detik-detik,....
To Be Continue,...
Langganan:
Postingan (Atom)