Jumat, 26 Juli 2013

Novel Ilalang Renta


Cover Depan





Cover Belakang



Imoel
Lahirnya Ilalang Renta
Sejak ulang tahun ady yang ke-21 ady banyak bercerita tentang kehidupannya, dimana dia sebagai sosok yang tegar dalam menghadapi sebuah kehidupan yang fana’, tidak sedikit di dunia ini yang bernasip malang seperti ady. Dalam kisah ini ady akan berbagi bagaimana dia bisa tegar menjadi manusia yang bersyukur bagai “Ilalang Renta” yang dilahirkan hidup dengan sebuah keniscayaan cobaan kehidupan hingga bangkit menjadi seorang sosok yang tergampar terus berdiri tegak hingga hayatnya menentukan kisahnya. Ilalang yang hidup dikejauhan tumbuhan lain, yang tiada berharga selalu dikesampingkan manfaatnya, kering kusam siapa yang tau nasifnya. Hanya puing-puing alam sebagai saksi dan goresan pena ady sebagai kenangan.
Ilalang Renta
Kering kusam dia melambai
Kerut kerucut dia merunduk
Lunglai terbawa kemana angin menerpa dia mengikut
Renta menunggu papar, jatuh menunggu kemarau
Linglung dalam fatamorgana kehidupan
Hanya menunggu masa keajaiban
Bertahan terombang ambing
Meniadakan tak kunjung datang
Bagai simalakama
Dialah ilalang  yang tergampar Hingga Tiada
Berdiri Tegak sampai Binasa
“hal yang begitu pilu dan menyakitkan kan terbenam bersama mentari, melakukan hal yang positif bagai menunggu tidur di malam hari, kelak kan dapatkan kesejukan dan kelembutan embun di pagi hari”.
Satu
Ilalang Dalam Daun Hati
malam itu tampak senyap dan sepi, rembulanpun enggan menerangi, jangkrik-jangkrik tak berbunyi, seakan tak mau menyapa malam. Ady yang masih mengenakan peci dan sarung selepas bersimpuh pada ilahi, dengan tiada yang menemani dalam ruangan kamar asrama 3 kali 4 meter itu, Ady kebingungan sendiri. Hingga malam berlarut, terpapar pada pembaringan yang menghanyutkan.
Suasana yang senyap, membuat ady terhanyut dalam buaian malam, hingga sosok bayi tergambar pada kisahnya malam, dan semua dosa terlepas dalam lelapnya. Rembulan semakin meninggi. Lalu...
“Tok.. tok... tok...” terdengar depan pintu ada yang mengetok, Ady pun terkagetkan akan suara itu.
“aduh, siapa sih malam-malam gini” ady dengan suara berbisik dan jengkel karena tidurnya terganggu.
“Ya.. ya... tunggu,...” belum dibukanya pintu.
Ady bertanya “siapa?, suara terhenti.
Ady pun bertanya kembali “siapa? Tidak ada jawaban, Perasaan Ady mulai gelisah.
Tanpa membuka pintu Ady kembali pada pembaringannya, tak lama kemudian, belum Ady sempat rebahkan kepalanya pada bantal, ketokan pintu itupun datang kembali. Dengan hati yang sudah ga karuan, Ady tak ingin menghiraukan suara ketokan itu. Diambilnya bantal menutup kepala dengan harapan agar suara itu datang dia tak mendengarnya.
“Tok.. tok... “suara itu ternyata datang kembali.
“apa’an lagi sih ini” semakin kencang ia menekan bantal pada kepalanya, namun usaha itu sia-sia.
Walaupun sudah ditutup bantal suara itu tetap berbuyi, Ady melirik jam dindingnya yang berada tepat di atas gerbang pintunya itu, tepat pukul 00.00 wita Dengan memberanikan diri Ady membuka pintu, meski ketakutan karena mengingat kejadian-kejadian yang terjadi pada pukul 00.00 wita terhadap kisah atau cerita teman-taman kampusnya.
“Braaaaaaaaaaack...” Ady sudah membuka pintunya, tak ada seorangpun, bahkan tikuspun tak terlihat.
“hello,... apa ada orang, siapa ya yang ketok-ketok malam-malam gini?
hello... ada yang dengar ga ya” panggil ady mencari tahu dengan keadaan jengkel.
Kemudian terdengar gebrakan suara yang ramai sekali.
“Haaaaaa... hahahahha...” menyentak kagetkan Ady. Ternyata Ady dikerjain oleh Herry,  Lana, dan Robby yang keluar di balik dinding samping kamarnya yang langsung bilang;
“Happy Birth Day Ady”...” Ady ulang tahun yang ke-21
“Oh tidaaaak,... kaliaaan, aku takut banget tau ga,... kenapa ga bilang-bilang?” wajah jengkel, walau hati terdalam dia sangat bahagia.
“bodoh kamu, kalau bilang sama kamu, itu namanya bukan kejutan” lana dengan bahasa canda.
“ini ketua asrama juga ikut-ikutan lagi, hee...” ady mengejek Robby.
“ya iyalah, kan sebagai ketua asrama yang baik harus perhatian” membesung pipi sahut Robby.
“oh iya,... mana teman sekamarmu dy” tanya Herry.
“oh Rizal, iya nih. Aku juga ga tau, sms aku ga dibalas dan telpon ga diangkat, ada apa ya” sambung ady dengan wajah bingung juga.
“Oo... gitu ya, emang sebelumnya Rizal ga bilang dia mau kemana?” sambar Robby.
“nah, itu dia. Bikin aku bingung, dia ga ada bilang apa-apa” balas ady
“kemana ya dia?” sambung Herry.
“ya udah deh, kan malam ini adalah hari bahagianya ady, kenapa kita dibingungkan oleh hal semacam itu, nanti dia juga kembali ko’” desak Lana karena tidak sabar menunjukan sebuah kejutan kepada ady.
“nah betul itu, kuenya mana?” kata Robby.
“jangan takut... jreeeeeenk, kawan-kawan, keluarlah kalian” lana dengan gaya sebuah kejutan.
Perasaan yang bercampur, ada rasa penasaran oleh perencanaan kawan-kawannya, ada jengkel akibat kerjaan mereka tadi dan ada juga rasa terharu, meski kebahagiaanlah pada intinya, karena temannya masih ada yang peduli dan selalu ingat. Kue datang dibawa oleh Rizal dari atas tangga turun membawa kuenya, ternyata kawan sekamar ady yang sudah mempersiapkan semuanya, dan ternyata pula bukan hanya Herry,  Lana, Robby dan Rizal, tetapi seluruh anak asrama. Yang tadinya hanya beberapa orang saja, di luar praduga mereka semua, ternyata masing-masing teman ady juga tidak tau semua orang yang berada di asrama itu merencanakan sesuatu tentang ulang tahun Ady. Pada intinya semua peduli terhadap ady.
“Oh tidaaaaaaaaak,... kau rupanya Rizal biang keroknya” ady wajah yang terharu pada Rizal.
“Apa...?” sambung Rizal dengan wajah yang ngolot.
“Iya, ini semua atas permintaan Rizal kepada kami, tapi jujur. Aku juga ga tau malam ini semua anak asrama ikut serta, aku kira hanya beberapa orang saja” Ucap Robby.
“Ya,... malam ini untukmu Dy, sebagai teman yang mengetahui kamu seperti apa, dan kau teman terbaikku, apa salahnya aku mengasih kejutan ini” Rizal.
“Thanks, thanks banget, kau Rizal,... aku tak tau lagi harus bilang seperti apa, pokoknya terima kasih buat kalian semua” lirih Ady dengan mata yang berbinar-binar.
Ady menyambung katanya lagi, karena dia seakan tidak puas berkata
“thanks... terimakasih banget kepada teman-teman, Herry,  Lana, Robby.
Dan Rizal “kau kemana aja, beberapa hari ini tak terlihat”, Ady tak menyangka ada sebuah perhatian yang besar tersimpan selama ini kepada Ady.
“thanks, sekali lagi thanks banget” Ady dengan lirih
 “Ady, ini pertanda bahwa kami yang ada di sini peduli, Rizal memotong ucapan,... Eeeeetzz, tapi jangan salah ya, kepedulian di sini bukan kepada kamu saja, tetapi  kepada orang-orang yang berada di dalam asrama ini. Heee... tapi giliran malam ini adalah kamu” olok Rizal.
“Ya sudah, nih udah larut malam, tiup lilinnya dy” Robby menyeru, karena sebagai ketua asrama dia juga harus berlaku bijak.
“kue didekati, hingga ady berdo’a sebelum meniup lilinnya”
Usai lilin ditiup, Semua terkagetkan oleh suara Lana.
“Potong kuenya donk... Ngantuk nih” Lana menyentak dengan candaan sebuah suara mengagetkan dan sebuah senyuman tipis pada ady’
Lana sambil merangkul ady:“ satu kalimat dariku dy, kita semua peduli, jika kita terus begini, kita yakin anak-anak asrama kita akan disegani, sukses selalu untuk kita semua”.
“Thanks ya Lan”. Ucap Ady.
“nah betul itu, sekarang saatnya menghabiskan kuenya”, Herry mendekati kue... “ayo teman-teman”.
Semua anak asrama mencicipi kuenya. Pesta dimulai dengan semua ikut berbahagia, Usai pesta, semua kembali kepada kamar masing-masing. Sepi senyappun kembali lagi, namun ady malam itu ditemani oleh Rizal. Suasana sepi menggoyon ady menghatur sebuah curahan hatinya. Dalam ruangan kecil itu ady dengan lirih bicara pada lana
“terimakasih ya Zal atas semuanya yang telah kau rencanakan dan kau berikan malam ini, dan kepada teman-teman semua” lirih ady
“jannganlah kau bicara itu Dy, sebagai teman aku tentu sangat senang jika malam ini sudah membuatmu senang” Rizal membalas suara lirih itu
“kau taukan Zal, sebelumya aku tak pernah hari ulang tahunku dirayakan, hanya sebuah malam yang gelap dan kelopak mata membawaku beranjak pada kedewasaan dan pertambahan umurku, tapi kali ini kalian,... kalian mendewasakanku dan membuka kelopak itu mengetahui apa itu sebuah kebersamaan, apa itu sebuah kehidupan sebagai makhluk sosial”
“kau benar Dy, semua itu adalah penuh dengan proses, aku tau... kau butuh dukungan untuk mengarungi hidup ini, kau butuh sebuah kasih sayang”
“cukup Zal, terlalu pahit jika aku harus mengingat kepiluan masa silamku dengan lingkungan sosial memurukkanku, lingkungan yang membuatku terbelunggu”
“ini sebuah pelajaran Dy, hidup itu akan tampak jika lingkungan kita menampakkan kasih sayangnya kepada kita, namun hidup itu seakan mati jika lingkungan terus bersembunyi dalam sebuah kepalsuan”
“kepalsuan,... aku tersenyum ketika kau bilang sebuah kepalsuan, kau melakukan semua ini apakah itu sebuah kepalsuan, apakah hanya untuk menyenangkanku?, seandainya kau tau Zal, aku tak butuh semua ini, aku tak butuh acara yang kau kasih malam ini, tapi aku inginkan sebuah hal yang bersih, hal yang murni tanpa kepalsuan,...”
“Ady, janganlah kau berlarut dalam kisahmu yang menghancurkan dan mengoyak jiwamu, dalam hidup ini tak pernah lepas dari sebuah kepalsuan, suatu hal yang secara drama, dimainkan, digerakkan, semuanya hanya sebuah permainan waktu, kepalsuan itu akan muncul ketika kita menyadari, namun sebuah kemurnian akan muncul pula ketika kita menjadi sosok yang mengenal kehidupan. Janganlah kau bingung dengan hidup ini Dy !, hidup ini sebuah perjuangan. Cobalah kau tengok sebentar tentang kehidupanmu, apakah kau tak bersyukur dengan keadaan sekarang. Banyak yang menyayangimu, sekarang kau adalah orang yang disukai banyak orang”
“kau berlebihan Zal, aku menjadi sekarang ini terlalu sakit untuk memerankan seorang tokoh yang tak bisa berpijak dalam tiap ubin-ubin rumahnya, tak bisa mengulur kebanggaan kepada keluarganya,...”
“upzzzz,... jangan kau bilang begitu, jika dibandingkan dengan diriku kau lebih baik. Namun jika kau bicara masalah kebahagiaan, aku rasa kau telah mengasih mereka kebahagian itu, kau telah ulurkan kebanggaan, meski itu bukan materi, tak semuanya kebahagian itu bisa dibayar dengan materi”
“tapi Zal”
“tapi apa,... di luar sana, mereka dengan limpahan harta, apakah kita tau, apa mereka bahagia?, kau beruntung, kau hanya bermodalkan tekad, kau bisa kuliah, bisa menikmati pendidikan dibanding orang-orang yang jauh lebih malang nasifnya dibanding kamu, ya sudah, jangan terlalu dipikirkan,... kau butuh proses untuk mempersiapkan sosok yang tegar, aku ngantuk,...”
“sebelum kau tidur, aku rasa kau harus tau apa yang sekarang ini membuat aku begini” ady sembari menunjukan sebuah tulisannya.
Yang berisi:
Ibu,…
Kau Temanku… Kau Ibuku…
Kau Sahabatku … Kau Ibuku…
Kau Saudariku… Kau Ibuku…
Kau Ayahku… Kaulah Ibuku…
Aku Anakmu…
Ibu…
Sembilan Bulan Sembilan Hari Dikandung Badan Hingga Dewasa,…
Beragam Persembahan Kau Kasih,… Bervariasi Suguhan Kau Beri,…
Hanya Kematian Yang Akan Menebuskan Apa Yang Selama Ini Kau Kasih Dan Kau Beri,
Biar Lautan Ku Keringkan,…
Biar Gunung Ku Datarkan
Biar Hutan Ku Gundulkan
Ku Takan Pernah Puas Tuk Menyenangkan…
Itu Tak Cukup Bagimu…
Hingga Tinggi Langit Ku Buat Atap Istanamu,…
Hingga Luas Bumi Tuk  Lantainya,…
Hingga Semuanya Menjadi Milikmu…
Aku Anakmu
Ibu…
Mata Ku Rela Tuk Dicongkel,
Karena Kau Tak Lihat Indahnya Dunia
Telinga Ku Rela Tuk Dirobek,
Karena Kau Tak Dengan Melodi Kehidupan
Kaki Dan Tangan Ku Rela Tuk Dipotong,
Karena Kau Tak Meraih Semua
Hingga Suci Pengabdian Dan Hormat Ku Padamu
Walau Jiwa Dan Raga Tak Berdaya
Sungguh Ku Bangga Menjadi Anakmu
Aku Anakmu
Ibu…
Kau Segalanya Bagiku… Kau Hidupku… Kau Matiku…
Kau Hidup Dan Matiku…
Aku Anakmu
Ibu…
Kini Telah Berlinang,…
Kini Telah Hilang Harapan,…
Kenapa Kau Meninggalkan Aku…?
Kenapa Kau Tak Mau Bersamaku Lebih Lama Lagi…?
Kenapa Kau Begitu Cepat Tuk Nikmati Suguhan Dan Persembahanku…?
Belum Kau Lihat Indahnya Istana,…
Belum Kau Cium Aromanya Taman Syurga,…
Belum Ku Ucap Terima Kasihku,…
Belum Kau Dengar Ribuan Pujian-Pujian Dariku,…
Kau Belum Merasakan Apa Yang Aku Rasakan…
Aku Anakmu
Ibu…
Kini Badan Bagai Bayang,
Mata Tak Melihat,
Hidung Tak Mencium,
Bibir Tak Terucap,
Telinga Tak Mendengar,
Hingga Kulit Tak Merasa…
Aku Anakmu
Ibu…
Aku Kosong…
Aku Hampa…
Aku Tak Kuasa Lagi…
Aku Anakmu Ibu…
Setelah membaca segores tulisan itu Rizal tidak mau membawa suatu yang membuat ady terlarut, hingga Rizal berlaku agak tak mau mendengarkan dan menanggapi tulisan itu dengan alasan ngantuk.
 “Aaaaaaach, tidurlah kau, masih banyak hal yang harus kita pikirkan dalam hal ini untuk meraih sebuah kesuksesan. Met tidur,...”
“tapi kan aku,...”
“met tidur” tanpa berkata lagi rizal setelah mengucap kan selamat tidur yang kedua, dan ternyata ady pun menyerah memabahasnya.
malam telah larut, lelapnya mata terbang pada pukul 12.30 wita. hingga menjelang kokok ayam pada sinarnya mentari.


Dua
Ilalang Berbinar Dalam Alam

Sabtu pagi telah tampak dan membuka lembaran baru sebagai kehidupan yang telah lalu, meski malam itu menggiurkan tuk mengingat kebahagiaan. Pagi yang cerah, ady yang sudah siap dalam melakukan aktivitas rutin sebagai mahasiswa. Sedikit goresan, Ady adalah salah satu orang yang aktif dalam dunia kampus, baik itu dalam hal akademisi maupun organisasi. Ditahun ini Ady  telah memiliki begitu banyak kewajiban dalam dunia organisasi, suatu tantangan dan anjuran sebagai orang yang telah diberi amanah Ady harus memaksimalkan kesempatan itu.
Seperti kebiasaan sabtu pagi hingga siang bukan waktu istirahatnya, secara normal perkuliahan hingga jum’at saja, tetapi ady tidak, karena beberapa agenda kegiatan yang secara rutin dilakukan oleh organisasinya. Ady berjalan menuju tempat kegiatan  yaitu kampus tercintanya. Tepat pukul: 08.00 wita, Ady telah beranjak menuju kampus yang tak jauh dari asramanya, hingga jalan kaki ditapakinya. Sesampai di kampus Ady tercengang ketika langkah terhenti melirik seorang gadis yang sebelumnya dia tak pernah melihatnya di kampus. “ah, mungkin kerena Ady sering sibuk dalam organisasi, hingga melihat gadis itu terasa asing, tapi semakin Ady aktif dalam organisasi, Ady semakin tau wajah-wajah yang ada di kampusku” pikir ady dalam hati. Namun penglihatan ady terhadap gadis itu terganggu karena ady harus menyapa lana.
“Hay lana, kemana aja tadi, ga terlihat di asrama”
“Iya, aku baru datang dari kampung halaman aku, kan aku harus hadir dalam tiap kegiatan organisasi kita, iya kan?”
“iya, iya... itu yang terpenting lan, terkadang orang hanya ikut-ikutan saja dalam sebuah organisasi, tak memahami apa arti sebuah organisasi” sahut lana.
“betul itu dy... padahal kehadiran kita dalam organisasi itu sangat berpengaruh, meski kebiasaan yang menjadi bomerang adalah mereka seakan tidak berperan dalam organisasi itu, padahal itu hanya pemikiran yang merusak kecintaan kita terhadap organisasi itu, begitu kan dy?“
“iya, betul, seperti kamu, penting atau ga penting kegiatan itu terhadap kita, walaupun semua itu pada hakikatnya ternyata adalah penting, kamu tetap istiqamah atau rutin mengikutinya, aku salud padamu lan”
“ah,... kamu juga, aku sangat salud, kamu rela korbankan waktumu bersama keluargamu demi organisasi kita ini, bahkan yang terhitung olehku, kamu sudah hampir dua bulan kan ga pulkam alias pulang kampung?”
“hehe,... iya”, Sudah hampir dua bulan aku ga pulkam, padahal aku sangat kanget dan rindu sekali sama keluarga aku, apalagi ponakan aku yang lucu itu, mungkin dia sudah bisa ngomong kali ya...” kata ady.
“semoga deh” balas lana.
“Nah, itulah arti kewajiban lan, kita harus berani berkorban, sebanyak apa dan sebesar apa pengorbanan kita terhadap sesuatu, kelak kita kan petik hasilnya, setimpal dengan apa yang kita perbuat” ucap lana.
“Sungguh bijak kau dy! Aku mah, ga tahan kalau ga pulang, wajar sih, aku ga sepadat organisasi yang kau ikuti, dua organisasi ini aja aku udah kualahan. Hee... “lana sambil bercanda.
Ady menyahut, “benar itu lan, bukan aku tak mau mengurangi organisasiku, tapi aku menargetkan, aku harus dapatkan ilmu organisasi-organisasi yang ku ikuti sekarang dalam tahun ini, aku setidaknya ada lah pengalamannya, buat bekal dalam masyrakat nanti, dan tentunya menjadi lebih baik lagi dalam memanagemen dalam liku kehidupan”
“Luar biasa, hingga sekarang aku belum kepikir tuh fungsi dari organisasi aku sendiri” sambung lana.
“Oke lah kalau begitu, ech... ngomong-ngomong besok ada acara ga? Ajak ady.
“acara mah ga ada, tapikan aku harus balik lagi, biasalah... minggu santai-santai ama keluarga, sindir lana. Oh begitu ya... sahut ady”, emang kenapa dy? Lana penasaran
“Ga... ga ada apa-apa, cuman sepi aja di asrama, kan besok lagi ga ada kegiatan, kata ady. Lanapun membalas, kenapa ga pulkam aja? Kau tau kan lan, cape aku pulang lalu balik lagi, nanti-nanti aja jika ada waktu yang kosong, setidaknya beberapa harilah ada waktu liburnya”.
“Terserah deh, tapi aku cuman bisa minta maaf ga bisa temanin kamu, biarlah televisi yang menemanimu nanti” lana seakan tidak setuju dengan pendapat ady yang tidak mau pulkam.
“Hmmm... jangan begitulah lan... ga mungkin juga kan aku berlama-lama disini, cuman belum ada waktu yang tepat aja”
“iya, iya”, kata lana, sambungnya lagi. “nah, kayaknya acaranya sudah mulai tuh, gimana ya acara dialog hari ini, menarik ga ya,...?
“aku rasa menarik sih, mudah-mudahan acara dialog dua organisasi keislaman ini menghasilkan ilmu baru lagi bagiku” ujar ady.
“Tapi dy... apakah tidak ada pergesekan dari keduanya? Lana dengan wajah berpikir
“Mungkin ada sih lan” sahut ady.
“Andai aja bisa bersatu ya semua organisasi atau kelompok keislaman ini? Lana sambil berpikir.
“Heee... ady tersenyum. Itu hanya mimpi-mimpi muslim yang membawa pada rahmatan lil’ alamin”
“Maksudnya? Sahut lana.
“Iya,... selagi pemimpin-pemimpin organisasi atau kelompok itu masih merasa dengan cara mereka yang paling efektif dan benar, maka itu hanya mimpi”, ady tertawa kecil.
Lanapun tak sabaran menyambung pembicaraan ady. Tetapi ady langsung mengajaknya untuk masuk pada ruangan dialog itu.
“Eeeeetz... Tapi kan dialog kita belum selesai” sahut Lana
“Nanti kita sambung lagi dilain kesempatan!!! Ady sambil berjalan.
Acarapun dimulai, pembicara pertamapun menyampaikan gambaran-gambaran pemikirannya, bahwa mereka akan menumbuh kembangkan insan-insan yang berasaskan Islam, yaitu dengan berdirinya dan tegaknya Khilafah di muka bumi ini. Kemudian disambung oleh pembicara kedua juga menyampaikan gambaran-gambaran pemikirannya, yang salah satunya murka akan kemaksiatan dimuka bumi ini.
Dua tujuan yang sangat mulia tergambar dari dua organisasi itu, hingga membuat ady berpikir,” jikalau keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu Islam, tapi kenapa tidak bisa bekerjasama dalam membangun peradaban islam yang mulia?, walaupun dari keduanya memiliki ciri khas masing-masing, setidaknya islam akan berjaya. Meski hal ini berlaku pada semua agama yang memiliki banyak golongan atau sempalannya. Pemimpin dengan pemimpin dipertemukan bertukar pikiran, berdiskusi bagaimana agar pemikiran islam tidak tercemar dan bagaimana agar Islam dapat bersatu tanpa satu sama lain saling bertentangan, bahkan hujat menghujat.” Terungkap kekesalan ady ketika selesai dialog itu, karena dari dialog itu tidak ada singgungan bahwa mereka akan bekerjasama, tetapi dengan jalan mereka masing-masing, meski nanti akan terjadi pergolakan pemikiran.
Hingga pukul: 12.00 wita acara kegiatan “Dialog Pembangunan Islam dalam Perspektif Dua Organisasi” selesai, dan dilanjutkan kegiatan ady sholat berjamaah di mesjid kampusnya. Usai itu, ady langsung pulang ke asrama mengistirahatkan badan. Tertidur hingga sore menjelang, sholat Ashar, lalu kembali beraktivitas sebagaimana seorang anak asrama.
Beranjak sebagaimana prinsip ady dia harus selalu berada dan menjadi 100% dengan segala aktivitasnya, jika dia menjadi seorang mahasiswa maka dia melupakan sebagai aktivis, begitu sebaliknya, hingga kehidupannya selalu berjalan 100% bagi dirinya.
Islam Ku Tak Jenuh
Wahai Islam,
Dulu Kau Sejahterakan Umat,
Dulu Kau Mengayomi Umat, Itu Hakikimu
Wahai Islam,Kaulah Rahmatan Lil ‘Alamin,
Kaulah Pembawa Kedamaian
Wahai Nabiku, Junjunganku
Begitu Bijak Seluruh Sikap Dan Lakumu
Wahai Rasulku,
Kenapa Kau Terlalu Cepat Meninggalkan Dunia Fana’ Ini,
Umatmu Berada Dalam Kebingungan,
Mereka Masing-Masing Menggolongkan,
Mereka Masing-Masing Membuat Kelompok
Oooh Tuhanku
 Apakah Ini Masa Yang Kau Tuliskan Dalam Firman-Mu
Apakah Ini Masa Yang Telah Kau Janjikan,
Dimana Umat-Umat-Mu Terbelenggu
Dalam Sebuah Kesesatan Agama,
Sebuah Penyimpangan Agama-Mu
Ya Tuhan,
Kapan Kau Turunkan Utusan-Mu
Yang Mengembalikan Bersatunya Agama Dalam Genggaman Islam,
Hingga Nafas Umat Terlantun Nama-Mu
aatnya ady berbagi dengan kita, Mengapa ady mendorong dirinya agar selalu aktif  berorganisasi?, seperti yang telah dibicarakan pada kisah-kisah sebelumnya, bahwa ady memiliki kepadatan terhadap organisasi, hal tersebut suatu aktivitasnya sebagai mahasiswa, Ady ingat sesuatu hal, “Life Is Choise”, kata itu didapatnya saat awal mengikuti organisasi kampus. Ady tak mau terombang ambing kelak ga memiliki bekal keahlian di dunia kampus, sungguh Ady tak menginginkan. Ady ingin menjadi orang yang berguna, Ady ingin menjadi orang yang berilmu. Awal kuliah Ady tidak jelas memiliki tujuan seperti apa yang orang lain inginkan yaitu bekerja, Ady hanya memiliki tekad bagaimana dia agar bisa bertahan dalam kuliahnya. Karena awal kuliah Ady konsultasi dengan seorang dosen, kata beliau “jika kita ingin berguna, maka bekalilah dirimu dengan ilmu, Ady menilai hal itu dengan positif, dan itu meresap dalam benak Ady, Ady tak perlu kerjaan, biarlah kerjaan kelak yang menghampirinya, Ady tak perlu meminta nilai IP tinggi, tetapi biarlah nilai itu yang memberi.
Sekarang... Ady mulai memetik hasil itu, dengan motivasi dan prinsif Ady, bahwa Ady harus menjadi 100 % dimanapun Ady berada dan harus mendahulukan kewajiban dibanding hak. Ady sangat merasa berbeda dimata anak-anak kampus dibanding dengan orang-orang yang kuliah pulang-kuliah pulang. “Banyak orang yang menghormati ku, banyak orang yang mengagumi ku, bukan memuji, tetapi mencoba tuk berbagi”, bahwa itulah yang Ady dapatkan. Dulu Ady yang mengejar tuk meminta bantuan orang lain, sekarang Ady yang dikejar orang tuk ngasih bantuan, bukan berbangga tapi mensyukuri, kata ady.
Sekarang Ady ingin mengutarakan sesuatu, bagaimana kehidupan dan pengalaman ady sebelum Ady mencicipi dunia perkuliahan. Dulu Ady merasa orang yang tiada berguna dan tiada berharga, orang mendengar perkataan Ady hanya sebagai bualan belaka, omong kosong, dimana di benak mereka Ady takan pernah bisa membanggakan, lihatlah masa suram Ady, gambaran kecil namun mengingat perjalanan hidup sampai saat ini, dikatakan omong kosong dan takan pernah membanggakan, huh,... berapa tahun Ady jalani, berapa masa Ady arungi, lontaran-lontaran itu dulu dia anggap bomerang yang menjatuhkannya, yang membuat Ady tak berdaya.
Hingga sampai saatnya tuhan mengijinkan Ady tuk merubah bomerang itu menjadi sebuah tantangan dalam hidup ady, dia membuat tekad yang begitu besar dan kuat, hingga liku kehidupan dalam seluk beluk dari hal yang negatif sampai pada hal yang positif sudah Ady rangkul. Terlalu pahit jika Ady harus mengigat hal itu, begitu pedih jika harus mengungkit perjuangan ady hingga sekarang. Kuliah dengan bekal beasiswa 97 %, Ady yakin bisa gapai impian tertinggi.
Dalam hal ini penulis mengutif tulisan ady dimana sebagai sikap kita untuk menelaahi apa yang dituliskan oleh ady.
Ady mengajak kita tuk merenungkan dalam goresanya, betapa hal yang Ady rasakan:
Rongrongan Massa Suram
Gelud kesah masaku menunggu detik
Remuk batang tubuhku menunggu menit
Terkoyak kelopak bathinku menunggu pergantian jam
Terpapar isak dalam kegelapan menunggu hari
Hingga berderai perih jantung hatiku dalam siksa birahi
Hingga tiada harapku menyongsong kepedihan dalam raungan kepada bulan
Hingga binasa ku ingin, cepat derita usai menyedihkan
Fana membayang, fatamorgana suram sebagai impian
Ku dekat semakin menjauh, ku tapak dia menghilang
Biarlah arungan lautan ku seberang
Biarlah dakian gunung ku julang
Biarlah nasip hingga sepenggalah aku kerahkan
Lontaran kehidupan sungguh menakutkan
Menggapai mimpi tak mungkin
Memanjat harapan tak berpenopang
Hanya rongrongan ketakutan dalam sudut kehidupan
Lihatlah fana ini, aku menghilang
alam ukiran pena Ady juga tertulis “Dalam sebuah kehidupan terdapat hal-hal yang mungkin tak bisa kita mengerti mengapa terjadi, kejadian yang memilukan bahkan sangat menyakitkan. Hal itu kelak akan menimpa diri kita, namun seiring waktu berjalan entah kapan itu terwujud, waktu akan menuntut kita diperlakukan sebagai orang yang merasakan kepiluan dan kesakitan, baik raga maupun bathin, sesuai takaran kehidupan kita seperti apa kejadian itu diperagakan dalam lingkungan, kita hanya sebagai  wayang yang dimainkan oleh dalang. Hal kecil yang diungkapkan ady, namun banyak misteri yang tersimpan dalam hidupnya, banyak teka-teki diperjalanan massanya. Dia yakin dari sebagian kita sudah mengalami hal seperti yang dia alami, mungkin sama dan persis, namun di luar sana dengan variasi masalah dengan gelud kesah dalam menghadapi fana’nya kehidupan. Namun ady tetap berdiri tegak dan penuh harapan hingga sekarang, segala macam tindak ady pertaruhkan, segala macam encaman kepiluan dihadapinya, ady merasa dia adalah orang yang tegar, orang yang kokoh. ady tersenyum sendiri, suatu tantangan bagi kalian, emang kalian bisa seperti ady? Emang kita mampu menghadapi liku kehidupan itu? Atau malah kita menjadi pengecut yang tidak berani dalam bertindak, yang tak berani mengambil keputusan? Ady yakin kita adalah jiwa-jiwa pemberani, jauh dari diri ady yang tiap belokan ady lalu terpapar, dalam tiap jalan ady lemah, tetapi hingga akhirnya ady bisa menjadi orang yang tegar.
ady berharap bagi kita yang jauh lebih beruntung dari dirinya, buatlah senyuman bagi diri kita, cerahkan cuaca hidup kita, mari berkreasi hingga waktu kelak goresan ini membuktikan apa yang akan kita dapatkan.
Sebuah ungkapan ady tentang arti kewajiban:
Arti Sebuah Kewajiban
Kewajiban Itu Amanah
Kewajiban Itu Tuntutan
Kewajiban Itu Penghargaan
Kewajiban Itu Harus Dilakukan
Kewajiban  Itu Sebuah Pertanggung Jawaban
Jangan Kau Ambil Hak
Karena Kewajiban Tuk Menyerahkan Hak Tak Kau Serahkan
Jangan Kau Meminta
Karena Kewajiban Tuk Memberi Tak Kau Berikan
Jangan Kau Mengeluh
Karena Kewajiban Tuk Melaksanakan Tak Kau Laksanakan
Jangan Kau Berbangga
Karena Kebanggaan Tuk Keberhasilan Bukan Milik Seorang Saja
Bialah Kau Tak Makan Karena Kewajiban
Biarlah Kau Tak Minum Karena Kewajiban
Biarlah Kau Tak Tidur Karena Kewajiban
Biarlah Kau Sakit Hati Karena Kewajiban
Biarlah Kau Teteskan Air Matamu Karena Kewajiban
Biarlah... Biarlah...
Biarkan KeringatMu Bercucur
Karena Kewajiban Kan Menjadikan Butiran-Butiran PeluhMu Jadi Mutiara
Biarkan TanganMu Bergerak
Karena Kewajiban Kan Menjadikan Jemari-JemariMu Jadi Berharga
Biarkan KakiMu Melangkah
Karena Kewajiban Kan Menjadikan TapakMu Jadi Sejarah
Kelak Kau Akan Dapat
Terhadap Apa Yang Tak Kau Pikirkan Menjadi Kebanggaan
Beribu Pujian Dan Berjuta Penghargaan
Ikhlas Melangkah, Tuhan Kan Dorong Kepada Perbuatan
Hingga Sebuah Perjalanan Hak Kan Mendekat

Tiga
Ilalang Dalam Mistis Alam
embaran kisah malam telah datang dalam sebuah mistis. Sepertinya ada hal yang sakral terjadi pada jiwa ady, entah itu dari mana datangnya. Sebuah bisikan yang membisingkan telinga ady, ada sesuatu yang berbisik, dan bergema. Ady merasakan hal yang ganjil (suara itu mulai bergema). Kerap sekali gemaan yang mengiringi suaranya itu datang ketika ady sendirian, bahkan sering juga disaat dia berada dikeramaian.
setiap ady bicara seakan suara atau gema’an itu mengiringi ucapannya. Ady bingung, apa benar apa yang diceritakan kakaknya Erna, “suatu saat, ketika tiada lagi dari keluarga kita yaitu ibu yang mengalami keganjilan atau berinteraksi dengan hal ghaib, maka bersiaplah kita tuk menghadapi hal itu, ujar kakak ady”. Dengan pemikiran ady menuju kepada hal yang dikatakan kakaknya, membuat ady berpikir, “apakah hal ini akan terjadi pada diriku” ady sambil merenung dipembaringan. Mengekal waktu, ady mulai merasa kantuknya akan datang. Lelap memudar hingga pukul 12.00 wita tepat, ady kembali mendengar sesuatu, namun bukan suara yang seperti pada malam kemaren dia dengar, tetapi suara panggilan agar ady harus bangun, walaupun itu bukan seperti kita memanggil, tapi ada hal yang sakral. Seolah ada sesuatu yang memanggil-manggil ady, hingga dia harus terbangun kembali.
“Astaghfirullahal Adzim” (seraya ady bangun dengan mengusap wajahnya)... ady terbangun dengar keringat bercucur di badannya. Malam itu tepat pada malam  minggu, dimana kebiasaan anak asrama sebagian pada pulang kecuali yang masih ada kepentingan di asrama atau di kampus. Dengan bangunan asrama 1 hektar, mungkin anak asrama yang masih bertahan pada malam itu sekitar 10 orang saja.
Ady membangunkan badannya, duduk di atas ranjang dengan tiada teman yang menemaninya, mata yang menoleh kesana kemari dalam ruangan kecil itu, lalu ady terkagetkan akan hal sesuatu.
“Kayaknya ini ada hal yang ga beres pada diriku” ucap ady ngomong sendiri. Ady mulai berpikir, siapa yang memanggil-manggilnya hingga mengharuskan ady harus terbangun. “Ya sudah” kata ady, karena dia sudah terbangun mungkin panggilan dia harus melakukan sholat tahajud. Sebelum itu dia akan sejenak duduk yang masih berada di atas ranjangnya, mata tertutup, kemudian jiwa ady seakan melayang terbawa hembusan angin dan seruan suara itu (menuju alam bawah sadar yang bersifat sakral atau ghaib). Hingga tersentak dia menyadarkan diri. Mengulur kaki dia terkaget, ternyata hanya suara tikus. Dilanjutkan langkahnya tuk membuka pintu.
“Ya Allah ya Rabb”,... ady kembali terkagetkan oleh sesuatu hal terjadi pada dirinya terhadap asrama itu. Ady melihat sesosok bayang putih, namun ady tidak ingin berpikiran macam-macam dulu, karena niatnya hanya ingin mengambil air wudhu. Namun, keadaan tak berpihak padanya, ada sebuah godaan. Membuka kran air, mata ady tak karuan tuk mengambil wudhu, ternyata tepat di atas kepala berjarak sekitar 2 meter ke atas, sosok putih bagai seorang perempuan. Gemetar seketika, baru mengusap wajah satu kali hati ady sudah tidak karuan setelah dia menengadah ke atas.
Karena kaget, ady tejatuh ke belakang, hingga sarung dan pakaiannya terkotori. Ady tak mau meladenin hal seperti itu, dengan segera ia melanjutkan wudhunya, dan kembali ke kamar. Dengan perasaan yang sudah down, namun apakah ady tetap melanjutkan sholatnya? Ya... ady adalah sosok yang sering bergelimang dengan hal ghaib atau semacam itu. Sejak kecil di bangku SD ady sudah memiliki kelainan. Bukan kelainan yang nampak ga normal, tetapi ada sebuah kelebihan terhadap dirinya, sering dia bisa berinteraksi dengan orang sebelah alias makhluk ghaib.
Jadi hal seperti itu bukan hal yang asing lagi bagi dirinnya. Usai itu ady mengganti pakaiannnya dan seperti niatannya, dia harus sholat. Tak lepas ady mengalami godaan kembali, lanjut cerita dia sudah membuka sejadah, tapi apa yang terjadi? Sosok putih kembali mengganggu, tepat pada tempat sujud sosok itu merebahkan dirinya.
“siapa kau? Hey,... apa mau kau? Tanya ady agak jengkel terhadap sosok itu.
Tak ada ucapan terlontar kepada ady” Namun ady sekali lagi tak ingin terlalu mempedulikannya, sembari berkata:
“bissmillahirrahmanirrahim (disambung dengan membaca Ayat Kursi),
“biarlah kau tampakkan sosok aslimu, biarlah kau tak bicara, biar kau merasa kuat dan biar kau ingin menggangguku, aku tak takut, jika hatiku menuntut tuk lakukan apa yang diperintah Tuhanku, maka pergilah kau” sembari meniupkan pada sosok itu dan sekejap sosok menghilang.
Walau perasaan yang was-was ady melakukan sholatnya. Ady bukan sosok pemberani, tetapi karena pengalaman yang sering terjadi hingga ady bisa menyesuaikan dirinya terhadap perbedaan alam. Tetap tidak menutup kemungkinan, bahwa ady akan merasakan bagaimana seseorang berhadapan dengan sosok seperti apa yang dilihatnya, sudah pasti sangat down. Apalagi seperti kejadian yang dialami ady pada malam itu.
“Alhamdulillah” rasa syukur ady terucap.
Sholat telah selesai dilakukan, kembali ady menuju pembaringan.
Dengan amalan rutinya:
”Bismillahirrahmanirrahim”
- Al-Ikhlas 3 kali
- Shalawat: 3 kali
 “Allahumma sholli ala muhammad, wa ala jami’il anbiaya’iwal mursalin”
- Istighfar 1 kali
“Allahummaghfirliy waliy-walidayya, waliy jamii’il muslimiina wal muslimat, wal mu’miniina wal mu’minaat”
- Tasbih 7 kali:
“Subhanallah, Walhamdulillah, Wala Ilaha Illallah, Wallahu Akbar, Wala Hawla Wala Quwwata Illa Billahil Aliyyil Adzim”
- Diakhiri do’a tidur
Maka pulaslah membawa dia pada alam yang melepas dosa.
Selesai amalan dia baca, hati menjadi lega telah melakukan sholat, maka tidurlah dia dengan tenang.
Suatu hal yang sukar dimengerti oleh kita, dengan godaan kehidupan yang fana” penuh cobaan yang menyiksa jiwa dan raga ady, kehidupan tampak oleh mata hingga kehidupan yang tak tampak oleh mata biasa. Begitu sering terjadi pergolakan dirinya menghadapi semuanya, lepas nyata beruntun kedatangan alam menyiksa bathin. Kesalahan apa yang diperbuat ady, dosa apa yang pernah dilakukan ady, hingga memetik yang menguras diperujungan buahnya “Ilalang Renta”. Telah berjalan, selang waktu semakin panjang dan menibak kembali godaan dan cobaan.
Empat
Ilalang Dalam Peraduan Cinta
(Wanita Racun Dunia)

Segores Cinta Yang Datang
alam kembali mengadu miracle pikiran ady, walau sudah mengalami pergantian hari dan minggu yang berputar sejak pesta kelahirannya malam itu. hingga pagi tersingkap dan malam datang menghampiri. Malam itu persaan ady sangat bahagia, bahagia karena mengingat kembali kesan teman-temannya pada malam itu, dan bahagia karena melintas seorang sosok yang seakan dia menemukan idaman dalam hidupnya. Namun ady tak berlarut akan sebuah perasaan yang dinamakan entah itu cinta atau hanya kekaguman belaka. Sosok seorang gadis membayangi.
Ady bicara sendiri, karena malam itu Rizal teman sekamarnya juga tidak ada di asrama karena pulkam.
“elok tubuhmu, paras cantik dengan kelembutan kulit mulus berseri, Oh Tuhan... aku ingin memilikinya, tapi aku tak tau entah jodoh siapa dirinya, aku rasa dialah sosok idamanku, berkenankah kau Tuhan mengasih dirinya untukku?”
Dalam Gores Ukir Ady
Ya Tuhan,…
Beribu Tapak, Berjuta Langkah Tuk Penopang
Beribu Dan Berjuta Yang Ku Lakukan
Dikala Ku Tenang, Dikala Itu Pula Hening Datang
Lelahku Mencucur Keringat Tak Lagi Memikirkan
Terpapar, Tapi Tak Membuat Lelap
Oh Tuhan,… Aku Mulai Merasa Penopang Ku Tak Kuat
Hingga  Aku Tak Percaya Maya Ku Melayang
Aku Bilang,…
Ya Tuhan,…
Bagai Sejenak Tak Terhitung Oleh Detik
Dan Pikiran Semakin Berputar Bagai Roda Gila
Ya Tuhan,…
Siapa Gerangan…? Siapa Dia?
Ya… Si Dia Membuat Bayang…
Why…? Mengapa…?
Apakah Aku Tak Diharuskan  Untuk Tenang Dan Ditenangkan…?
Apakah Aku Tidak Ditakdirkan Hening Dalam Sesaat…?
Tuk Itu… Dimana Tempatku Beradu…?
Where…? Dimana…?
Wahai Tuhan… Dimana Ku Temukan Hening Ku…?
Benar Ku Datang Di Rumah Mu
Benar Ku Jalankan Anjuranmu
But,… Itu Hanya Sesaat, Sekali Lagi, Itu Sesaat…
When…? Kapan…?
Apakah Aku Harus Menunggu Beribu Atau Berjuta Tahun Lagi
Hanya Untuk Menanti Ketentraman Diri…?
What…? Apa…?
Ku Tak Sanggup…
Ku Tak Kuasa…
Ku Tak Rela Jika Harus Menunggu, Menunggu, Dan Menunggu…
Itu Hal Yang Paling Membosankan…
Aku Tak Mau
Tapi Aku Harus Bagaimana…? Satu Pinta Ku…
Ijinkan Aku Tuk Memilikinya
Kan Ku Cintai Dia Sepenuh Jiwa Dan Raga
Kan Ku Jaga Dia Hingga Tapak Tak Henti Mendaki Tuk Bahagiakan Dia
Kan Ku Hiasi Hari-Harinya
Penuh Syurga Dengan Berjuta Keindahan Taman-Tamannya
Hingga Kau Tutup Mata Dunia
Dan Pertemukan Kami Di Alam Yang Abadi Selamanya…
Namun,… Itu Harapan Maya Dari Bayang Singgasana
Ady seakan ingin memiliki gadis itu, memang rupanya sangat cantik, tubuh yang ideal idaman setiap laki-laki. Ady adalah seorang cowok yang tidak mudah untuk jatuh cinta. Akan tetapi pada pandangan pertamanya itu, membuat ady terpikir dan ingin memiliki gadis itu. Entah kenapa, ada apa gerangan yang membuat ady bersyair sendiri dalam renung rembulan pada suatu ruangan kecil itu.
Ungkapan itu seperti rengekan seorang insan yang melihat dalam pandangan pertamanya, namun hingga berlarut bulan makin keatas. Suasana hati ady mulai memudar, ady beranjak pada hal yang lebih penting daripada harus memikirkan perasaannya itu.
erganti malam, gelap menghilang, maka terbitlah terang. Pagi yang menggoyon semangat, ingin mengenal seorang gadis impian. Perkuliahan akan dimulai kembali dengan selingan hari libur beberapa hari, rasanya cukup bagi ady menikmati hari liburnya.
Berjalan dengan tangan kanan yang melambai bagai ayunan, dan tangan kiri yang ketat akan beberapa buku dipegangnya. Lalu,...
Braaaaaack... ady menabrak seseorang, ady lalu terjatuh, hingga buku-buku yang dibawanya berserakan. Tanpa melihat orang yang ditabraknya yang juga terjatuh kebelakang. Ady langsung menuju buku-bukunya yang berserakan di lantai depan lokal kelasnya. Perlahan dia menatap orang itu, sembari ingin mengucap kata maaf, namun, ucapan terasa kaku tak bisa terlontar.
“Aa... Aaaa... (bagai orang yang gagu), dan akhirnya walau segagu-gagunya terucap juga. Aaa... maaf, akkkku... minta maaf ya, kamu anak baru? Ady langsung bertanya tanpa menghiraukan keadaan wanita itu.
“iya,... ga papa, Oh iya,... aku mahasiswi baru di sini” dengan wajah yang heran dan tercengang-cengang karena prilaku ady yang seakan kaku dan suara gagunya sembari menahan rasa sakit akibat terjatuh.
“sekali lagi aku minta maaf, aku ga sengaja, tadi aku menoleh pada teman aku, dan aku ga liat kamu, tertabrak deh” ady mulai agak lancar bicaranya, meski masih agak gagu.
“lupakan saja hal ini, lagian aku ga papa ko, coba lihat ga ada apa-apa kan, aku masih bisa berdiri” wanita itu memberi penekanan karena melihat prilaku ady yang agak lebay meski agak sedikit jengkel dan takut karena dia mahasiswi baru.
“ya sudah, aku boleh pergi?” ady ingin bergegas walau hati pengen berlama-lama ngobrol dengan wanita itu
“ya,... silakan” sahut wanita itu
“terima kasih ya,... bye” ady sambil berjalan mundur dengan tatapan masih memandangi wanita itu.
Braack... ady tersenggol orang lagi
“upzzzz, wanita itu memegang mulutnya, seraya berkata “hati-hati kalau jalan ”, tambah dengan senyuman kecil diwajah wanita itu
“iya, iya,...” ady langsung berbalik arah, dan menuju ke ruangan kelasnya.
Sambil berjalan, ady kesal, hingga berkata dalam hati “ady, ady... kenapa kau tidak ngobrol dulu sama wanita itu, bodoh, bodoh...” ady jengkel, ternyata wanita itu adalah wanita yang sebelumnya dilihat olehnya, yang membuat ady menggelinjang bahagia jika ingat wanita itu, dan menjadikan syi’ir-syi’ir diarynya.
Anak-anak kelasnya sudah berkumpul dan siap untuk menunggu dosennya untuk melangsungkan perkuliahan. Tak lama dosen datang dan perkuliahan dimulai. Walau ady agak ga berminat lagi mengikuti perkuliahan karena kejadian tadi, tetapi ady harus bersikap profesional. Hingga usai perkuliahan ady segera menemui lana yang berada pada lokal sebelah, yang pada saat itu juga perkuliahan lana sudah selesai.
Depan kelas lana, ady memanggil
“lan, lana,... sini,...” ady mendesak dengan suara terburu-buru
“iya,... ada apa?” sahut lana
“kemari dulu,...” ady menekan lana
“iya, iya,... ada apa sih?” lana sambil menghampiri ady
“tau ga lan?”
“tau apa sih, ya jelaslah aku ga tau, kan kamu belum ngasih tau, emang ada apa?”
“begini lo,.. (cerita tadi pagi tabrakan dengan seorang wanita itupun diceritakan ady)
“Accch,... to the point aja deh, kamu mau bantuan aku kan?” desak lana
“nah, itu baru teman yang pengertian!” sahut ady
“emang kebiasaan kan kamu harus dimengerti, terus aku harus ngapain?” kata lana
“ga sulit ko, ajak dia biar bisa makan malam dengan ku, ingat malam ini” tegas ady
“itu sih gampang, terus aku dapat apa donk?” dengan wajah candaan lana.
“ko sama teman perhitungan sih” ady dengan wajah membujuk
“iya, iya,... aku becanda ko, aku senang jika melihatmu dengan wajah bahagia seperti itu” rasa iba lana
Tanganpun berjabat, pertanda “Deal”.
alam yang ditunggu-tunggu ady sebentar lagi akan datang. Entah seperti apa trik lana hingga dia berhasil membujuk Suci, ya nama wanita itu adalah Suci Pertiwi. Setelah sholat Isya, atau lebih tepatnya pukul 20.00 wita janji makan malamnya. Di sebuah rumah makan yang sederhana, dengan aneka makanan juga sederhana, tempat biasa ady makan malam dengan Lana.
Usai maghrib ady yang biasanya dengan wirid sholatnya agak lama’an menunggu sholat isya, namun kali ini ady lebih cepat menyelesaikan wirid sholatnya. Dengan berepakaian sudah rapi, hingga Rizal teman sekamarnya bingung, tidak biasanya ady berpakaian rapi seperti itu setelah maghrib, dengan agak penasaran, Rizal bertnya:
“Echmm,... mau kemana neh ya, tumben berpakaian rapi,...” ejek rizal
“ada deh,... ini ada urusan bisnis hati gitu, heeee” sahut besungan senyum ady dengan cuek
“beneran nih ga mau ngasih tau?, ga dikasih tau aku rasa aku juga sudah tau ko’ kamu mau pergi kemana!” rizal dengan bahasa menduga-duga
“emang kamu tau?” ady langsung menyahut
“makan malam bersama cewe kan?”
“Mmmm... emang kenapa kalau aku makan malam bersama cewe?” sewot ady
“ga papa sih, cuman aku pesan aja, jangan terlalu larut malam” ady menunjukkan rasa perhatiannya
“Jika boleh tau, siapa sih si cewe itu?, hingga kau kelepak-kelepak seperti ini, hee” ejek rizal lagi
“ada deh,... nanti kamu juga tau ko’ nah dah adzan Isya tuh, aku sholat dulu ya...” mengalihkan pembicaraan karena mengejar waktu dan ingin cepat-cepat ketemu dengan wanita itu
“yo wes lah, bilang aja udah ga sabar lagi ingin ketemu dengan wanita idamaaaaaaaan, ujung-ujungnya juga bikin sakit hati.” Lana selalu mengejek ady
“Aaach itu mah urusan belakangan, emang kan berani bermain cinta kita juga harus berani tanggung resikonya, ya udah lah, jangan bicara lagi yaa, aku sholat” dengan suasana ejek mengejek di atas sejadah hingga ady sholat.
Selesai sudah sholatnya ady, walau agak cepat dari biasanya dia sholat tapi apalah kalau rasa sudah bermain. Bergegas ady menelpon lana memastikan acara makan malamnya.
“handphone lana berbunyi”
“hello,.. Assalamu’alaikum,...” angkat lana
“gimana lan, aku pengen berangkat nih, jadi ga siapa tuh namanya?” sambar ady dengan tergesa-gesa
“aduuuuuuuch, ady jawab dulu donk salamnya, namaya suci...” lana agak geleng-geleng dengan sikap ady yang seakan lupa diri begitu
“iya, iya, Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh... jadi gimana?” sahut ady dengan sewot
“Alaaaaaaaaaaach, udah berangkat aja, semuanya sudah beres ko’ tunggu aja dia depan rumah makannya, dia pasti kesana“
“beneran kan,...? awas lo,”
“iya, iya,... ntar terlambat, jangan sampai dia yang duluan datang kesana” tegas lana
“iya, ga bakalan,... aku tau ko’ ya udah aku berangkat” yakinkan ady dengan suaranya
“jangan lupa salam” ejek lana
“Aaach kamu lan, Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,...” Telepon sudah dimatikan.
Pertemuanpun terjadi, ady yang lebih dulu menunggu, tepat depan rumah makan itu dia menunggu, kemudian terdengar suara sapa’an.
“hey,... sudah lama menunggu” sapa Suci
Belum menyapa balik ady bengong memandangi Suci yang terlihat sangat cantik, hingga mata tak bekedip dipandangannya
“Hey,... (Suci melambaikan tangannya di depan wajah ady) sudah lama menunggunya?” tanya baliknya lagi oleh Suci
“Upzzz, ya,.. yaa... maksudnya baru aja ko’ baru nyampe juga” suara gagu ady kumat lagi, dan sambungnya lagi “ pa kabar?”
“seperti yang kau lihat, aku masih berada di sini, baik,... lebih baik dari tabrakan kemaren, heee...”
“Oh iya, aku minta maaf atas kejadian kemaren” Ady merasa bersalah dengan kejadian itu, dan agak tersipu
“ga papa, lupakan aja lah hal itu, lagian itu ga sengaja kan” balas Suci
“yaaa,... gimana ya, tapi kan aku tetap ga enak sama kamu...
Ech’,... (ady tersentak) ga enak nih ngobrol pinggir jalan begini, masuk yu,... biar sambil makan” ajak ady
“yo wes lah kalau begitu, ayooo...”
Dalam rumah makan yang tersusun empat buah kursi yang saling berseberangan, ady pun duduk berseberangan dengan Suci.
Makanan sudah dipesan, kemudian pembicaraan dibuka oleh ady
“Ech,.. aku lihat kemaren kamu saat tabrakan itu memegang lengan, pasti sakit ya?”
“hee,.. sebenarnya siich memang sakit, tapi tak apa lah” suci menjawab meski karena terpaksa dengan ajuan pertanyaan ady hingga dia menjawabnya dengan menggoda memegang tangannya bekas benturan itu
“boleh aku lihat?” ady sambil mengulurkan tangan meraih tangan suci
Tanganpun dipegang dengan lembut oleh ady, kemudian ady membuka lengan baju panjang yang dikenakan Suci, dan suci pun tak mengelak akan tarikan tangan ady
“Aww...” jerit suci, walau bekas itu tak sakit-sakit amat
“tuh kan masih sakit?” suara ady dengan alunan memanjakan Suci
Kemudian pandangan Ady dan Suci terhenti seketika, mereka saling menatap dengan penuh seksama dan terlihat dari keduanya sudah memiliki rasa, kemudian tercetus sebuah ungkapan dari ady
“kamu sangat cantik sekali malam ini, terimakasih sudah mau datang, padahal aku tak mengira kau sudi menemui aku”
“upzzzzz,... (jemari suci menutup mulut ady) sebenarnya sih, sejak kejadian itu akuuu,...” ucapan suci pun terhenti dengan lirih, dan langsung disela ady
“kamu kenapa?” jawab ady menekan
“ga papa,... (seakan ada ucapan yang disembunyikan suci)”
“apakah kau juga suka sama aku?” lontar ady
“Eee,... gimana ya, sebenarnya iya sih, tapi kan aku perlu tau dulu siapa kamu”
“hah,... beneran apa yang kau ucapkan?” tergesa ady menanggapi
“iyaaa,... tapi aku ga bisa pacaran seperti orang kebanyakan sih, itu udah menjadi prinsif aku, tapiiiiiiii,... tidak menutup kemungkinan kita bisa kan berteman”, suci seakan tak sadar bahwa yang seharusnnya melontarkan kata-kata itu adalah ady, tapi gimana lah jika hati sudah berkata.
“Oh tentu,... yang seharusnya bilang kata-kata itu bukan kamu suci, tapi aku,... aku yang mengharapkan kamu agar bisa menjadi milik ku”
“seandainya,... aku kau ijinkan bicara tentang perasaan, sebenarnya aku semakin yakin dengan kamu, tapi tidak untuk pacaran” Suci menekankan prinsifnya
“asal kau tau ya suci, dulu aku pernah pacaran, sekarang tak mudah bagiku tuk mengulang masa itu, terlalu sakit tuk mengingatnya, sehingga aku bertekad tidak mau lagi mengenal dengan yang namanya pacaran, tapi setelah melihat kamu,... cintaku seakan hidup kembali, seakan aku ingin memilikimu, bersama hingga hayat memisahkan”
“Ach,... benarkah apa yang kau ucapkan dy?” lirih Suci
“yaa,... aku serius, andai aku sudah kerja dan segenggam uang ada di tanganku sekarang, ku pastikan, besok aku akan meminangmu”
“maksudmu, sekali lagi aku baru mengenalmu, ga mudah aku bisa menerima dirimu” Suci seakan tersinggung dengan angan-angan Ady yang mau meminangnnya
“kau tersinggung?” lontar ady
“ga,... cuman aku ga suka aja khayalan kamu yang mendesak begitu, ya sudah,... kayaknnya waktu ku sudah habis bersamamu, kita pulang yu” Suci dengan gerik seakan tak suka kepada Ady
“kau ga marah kan ama aku? Please maaf, jika perkataan aku tadi mengusik hatimu”
“aku ga marah ko’, ya sudah,... kita pulang ya” Suci masih mengusik hati Ady, dan mendesaknya agar pulang
“ya sudah, aku anter ya,...”
“ga papa nih kan kita beda arah, asal ga merepotkan ya sudah”
Makanan segera dibayar, kemudian di perjalanan pulang
“Sekali lagi terimakasih ya suci dah mau temanin makan malam ini, tapi sungguh ucapan aku tadi ga bermaksud mengusik hati kamu”
“lupakan lah, aku bukan tipe cewek pendendam ko’, lagian besok juga udah ga kepikiran”
“alhamdulillah,... bagus deh lau begitu, berarti aku ga perlu khawatirkan?”
“ya...” suci menggelengkan kepala dalam hati, karena ady tak mengerti bahwa dia sangat jengkel
Kost Suci sudah terlihat, sebentar lagi langkahnya kan sampai, detik langkah
“Ok,... sudah sampai, terimakasih ya atas makan malamnya, dan tentu juga kau sudah menganterku, tepat depan kost ku, bye,...”
“bye,... sampai ketemu besok ya, ech tunggu”
“ada apa ya?”
“aku boleh minta no ponsel kamu ga?”
“oh ya tentu,...”
Makan malam sudah selesai, dan no ponsel sudah didapat sehingga ady pulang dengan perasaan yang sangat bahagia dan senang, meski sebenarnya suci merasa terusik dengan perkataan ady yang menyinggung masalah pinangan, karena kesan bahwa ady seorang yang PLAYBOY. Meski semua laki-laki hanya melontarkan sebuah janji dan suci sering sekali mendengar ucapan itu terhadap laki-laki yang sekian banyak dekat dengannnya.
Pukul 21.30 tepat ady sampai ke asramanya, sesampai ady langsung membasuh muka dan bergegas membuka laptop untuk membagi kebahagiaannya dengan sebuah tulisan

Isi tulisan itu adalah:
malam ini aku sangat bahagia sekali, aku bertemu dengan seorang gadis yang memang sudah sejak sore aku rancang untuk bertemu yaitu melalui perantara sahabatku, namanya lana. Dia yang menyusun acara pertemuanku dengan suci. Sungguh aku terpana sejak pandangan pertama melihatnya, tiada terkotori lagi hatiku tuk berpaling ke gadis lain, tapi yang masih membuat aku gelisah, suci tidak mau berpacaran, aku hargai prinsif itu, aku kan selalu menunggu dimana waktu yang akan mempersatukan dan memisahkan diriku kelak, untuk sementara biarlah ku jalanin dengan sebuah pertemanan dulu. Aku yang selalu mencintamu wahai wanita pujaanku. ADY
Hujan Menggoyon
Saat Tetes Menari-Nari Di Bumi
Angin Meniup dan Berhembus Membuat Terlelap
Biar Kelopak Dimanjakan Pulas
Maka Hanya Kau Tetes Dan Titik Pertama
Tuk Pelipur Lara Dalam Maya
Mari Berdendang Dengan Pohon Yang Bergoyang
Mari Masuki Nada Alunan Suara Nan Mendung Berirama
Hempaskan Bunyi Drum Gemuruh
Lampu Sorot Kilat Menyala Di Pusar Dunia
Marilah Bernyanyi Dengan Rumput-Rumput Ilalang
Dan Cacing-Cacing Linglung
Bersorak Gembira Hingga Masa Menjemput Suasana
Sejak itulah ady sering mengukirkan ungkapan hatinya melalui tulisan, dia seakan pengen hidup berabad-abad lagi dalam ke kekalan cintanya. Dan semenjak itu pula cinta semakin bersemai dan terbelenggu dengan rasa cintanya terhadap suci. Hingga ady sering ga karuan dan sering terlupa untuk sholat karena sibuk sms’an dan telponan dengan suci.
Waktu berjalan, hari berganti datang silih menyirami rasa kebahagian duniawi, agama tergadai sampai waktu sebuah pertemanan menjadi lebih sekedar teman, dulu prinsif berubah menjadi agresif memutar akal hingga terkorbankan pula prinsif itu. Segala macam hal berdatangan, dari yang positif bahwa suci membuat ady lebih baik karena ady ada teman ngobrol dikala dia lagi membutuhkan, dan negatif merubah yang positif dari sholat jadi lupa sholat, dari jarang ketemu menjadi sering bertemu, dari yang suka di keramaian menjadi  suka pada kedamaian tanpa banyak orang, dari bercadar hingga tak sadar melepas cadar, dari busana muslimah menjadi pakaian mumi yang membalut tubuh, dari sering ngaji hingga berbuat keji, begitulah selama berjalan perjalanan ikatan cinta ady dengan suci yang dengan janji kelak ady akan meminang suci.
Beberapa bulan telah berjalan, bulan pertama happy-happy, bulan kedua fine-fine, bulan ketiga juga masih good, bulan keempat ady sudah mulai mencari perbedaan hubungannya. Sekian waktu bergulir pada bulan keempat ikatan ady dengan suci mulai merenggang. Sms sudah jarang, telpon terkadang terabaikan.
Perenungan menjadikan suatu miracle prilaku
Silih berganti akhirnya waktu juga yang membawanya menyadari atas segalanya. Suatu malam ketika sebuah hidayah tuhan datang pada ady, bukan hal yang aneh ketika suatu ketika insan muslim kembali pada hakikat agamanya. Perenungan ketika ady sendirian tiada teman, dering telpon tak berbunyi, teman yang biasa ramai di tempatnya entah kenapa malam itu sepi dan sungguh sangat sepi. Terpapar di pembaringan, tergeletak dikesendirian, termenung dalam kesuraman, dan tersentak hati bercahaya, membuat jiwa raga mulai merasakan terhadap hal yang telah berjalan dalam hidupnya. Menapak kaki mengulur badan mengambil kesucian terhadap air wudhu, bersimpuh meminta maaf kepada ilahi, tuhan maha pengampun, tuham maha segala pemutar balikan keadaan yang tadinya diberi kenikmatan dunia menjadi kepahitan terasa bosan berpijak ke tanah dunia.

Waktu Seakan Lamban
Baru Saja Ku Menanti Sang Surya Dengan Tersiksa
Terasa Lama Dan Lamban….
Ingin Ku Raih Tuk  Ku Lihat Teriknya,…
Ku Gelisah,… Dia Semakin Jauh, Jauh Dan Jauh
Ku Semakin Khawatir Tak Bisa Rasakan Pancaran Sinarnya,
Tatkala Malaikat Kecil Datang Mencoba Menghibur,…
Ketenanganpun Mulai Bersemai,
Ku Semakin Gembira, Dan Semakin Tenang…
Tapi… Kegembiraan Dan Ketenangan Tak Mau Berlama-Lama Dengan Ku
Hingga Makin Lama Dia Bagai Fatamorgana , Menghilang Dan Tiada,…
Aku Tak Bisa, Aku Tak Bisa Menatap Cahayanya,
Ku Semakin Ragu Dengan Hati Ini,
Aku Takut, Aku Khawatir,…
Aku, Aku, Aku,… Aku Ingin Dia…
Sekarang,… Ya, Sekarang,…
Biar Hati Tak Berpikir Dan Raga Tak  Meronta-Ronta…
Jika Kau Perkenankan, Biarkan Mata Menatap Mata…
Hari Menatap Hari…
Hingga Hati Tak Takut Dan Khawatir Lagi Tuk Selamanya,…
Kaulah Kehidupan
Wahai Samudera Kehidupan
Kau Kasih Sayang, Kau Tabur Kebencian….
Dulu Aku Mengenang, Dulu Ada Kehidupan
Dulu Aku Menyayang, Dulu Aku Kau Kasih Kehidupan
Dulu Aku Membayang, Dulu Kau Kasih Aku Harapan Kehidupan
Sekarang Aku Membuang, Sekarang Ada Kematian
Sekarang Aku Membenci, Sekarang Aku Kau Kasih Kematian
Sekarang Aku Di Hadapan, Sekarang Kau Kasih Aku Harapan Kematian
Apa Mau Mu…?
Apa Maksud Mu…?
Apa Mau Dan Maksud Mu…?
Aku Pimplan… Aku Tak Karuan…
Kau Kasih Sayang, Tapi Kau Beri Kebencian…
Aku Harus Apa…?Aku Harus Bagaimana…?
Aku Begini, Kau Begitu…
Aku Sendiri Kau Menghampiri Ku…
Aku Berbondong, Kau Menjauhi Ku…
Mau Mu Apa…?
Maksud Mu Apa…?
Mau Dan Maksud Mu Apa…?
Aku Berdiri, Kau Malah Duduk…
Aku Duduk, Kau Malah Berdiri…
Apa…? Apa…? Apa…?
Kamu…? Kamu…? Kamu…?
Aku…? Aku…? Aku…?
Maksudnya Apa…?
Apa Ya Apa… Maksud Ya Maksud…
Jangan Apa Ya Maksud Dan Maksud Ya Apa
Apa Maksud…? Maksud Apa…?
Aku Bingung… Bingung Apa Maksud…? Maksud Membingungkan…
Bingung Ya Aku… Aku Apa Maksud…? Aku Membingungkan…
Siapa Aku…? Siapa Kamu…?Siapa Bingung…? Siapa Maksud…?
Semua Bingung…!!!
Istighfar terucap.
“ya Allah, sesungguhnya kini ku tak pantas bersimpuh kepada terhadap apa yang aku lakukan terhadap fana’nya dunia-Mu, kini ku mengemis kepadamu memohon ampunan dan ku juga bersedia mendapat azab duniamu, walau kini ku hanya membual kepada mu, ku teteskan air mata ini, demi mendapatkan ampunan terhadapmu, izin kan dan tuntunkan jalan ini agar selalu instiqamah ke jalan lurusmu, biar badan binasa tar luka, biar hati bergeririk tak menghujatmu, kini pasrah aku orang berdosa” usai itu perubahan kembali menjadikan dirinya sebelum mengenal suci.
Mustajab Miracle Perenungan
Ketika Sang Malam Ku Berada Di Pusat Mustajab
Desir Alam Membuka Pelupuk Mimpi Betemu nyata
Hingga Kemuskilan Simalakama Beradu Di Selasar Jiwa
Namun Ketika Memorabilia Sebagai Cahaya
Serongkol Menakzimkan Raga
Ku Senangi Wanita Dan Wewangiannya
Tuk Jadikan Penyejuk Hayat Dunia
Renjana Mengirap Hingga Menguak Organ
Dikala Renjis Air Menyiram Badan
Sampai Dimana Saat  Kesucian Membasuh Kearifan
Dikala Putih Bersayap Membisikkan
Dan Menyeru Qalbu Ditiap Waktu Yang Ditentukan
Bagai Sebuah Telaga Yang Airnya Mengalir
Dan Meruah Dekat Pintu Istana
Tak Heran Dikala Insan Yang Dicandu 5 Kali Dalam Sehari Tuk Menyelam
Dibawah Pesona Bulan Menambah Tagih Beberapa Kali
Biar Ku Rasakan Kedamaian Dan Ketentraman
Hingga Terangkat Sebagai Pionir Sang Malam
Ku Berserah Hingga Terpapar
Sampai Saat Penghisaban Datang
Beruntung Atau Tidak…
Ku Hanya Insan Yang Tak Mau Abadi Dalam Kegelapan....
“Cinta” dalam goresan pena Diary Ady
Mari kita simak:
“Dalam liku hidupku, aku selalu terbelenggu oleh yang namanya “CINTA”. Dulu aku sering roboh dan tergampar dipulau cinta, hmmmm... di tiap waktu ku, ku sibuk kan dengan cinta, berkali-kali terjatuh hingga bangkit lagi demi cinta, sampai saatnya aku bangun dan bangkit, sebuah semangat yang luar biasa. Aku punya sosok Leo yang ada pada diriku, aku bukan tipe orang yang terbelenggu dalam cinta, biarlah cinta kelak terbelenggu oleh kita.
Dalam kisah cintaku, aku adalah orang yang cuek terhadap pasangan, aku tak romantis, namun aku menyebalkan tapi mengangenkan.
Dalam cerita ini ady memang menganggap dirinya tidak romantis dan cuek terhadap pasangan, akan tetapi wanitanya menganggap dirinya sebagai diri pribadi yang disenangi oleh kebanyakan wanita. Lanjut lagi kita simak,....
Dalam masa ini aku sudah empat kali pacaran (dalam Islam ga ada pacaran ya...), aku rasa aku tidak pacaran seperti jaman sekarang orang mengartikan pacaran, entah Tuhan terlalu sayang atau apalah, saat aku berduaan aku selalu merasa bagai diterjang orang, entah itu malaikat atau penolong, kenapa demikian...? rasa ku selalu jijik dan ga enak badan jika aku bersama pacar aku, tetapi saat banyak orang dan di tempat umum aku merasa nyaman di dekatnya. Hal itu telah berulang-ulang hingga sampai saat ini. Tengah berjalan di massa itu, aku mulai menyadari apa itu arti kehidupan dalam percintaan. Saat aku jauh dengan yang ku sebut itu pacaran, dengan hasrat hal-hal negatif dibenak dan condong itu hanya setan. Aku rasa percintaan itu setelah dalam perenungan beberapa tahun ke depan, itu adalah hanya tipuan yang nantinya akan selalu mengarah kepada kepahitan. Tiada kekal bagiku cinta duniawi tanpa terkecuali adalah ikatan cinta terhadap Tuhan.
Ku ungkapkan cintaku:
Cinta Mu Tuhan
Kasih ku kasih seorang ibu terhadap anaknya
Sayangku sayang seorang bapak yang menafkahi
Rinduku rindu bagian cinta pada Tuhan ku
Hartaku hartai saudara-saudaraku yang membutuhkan
Istanaku istana untuk kalian wahai kerabatku
Sebening kasih kasih, Segenggam sayang, seuntai rindu, setumpuk harta, dan seluas istanaku itulah CINTAKU wahai TUHANKU...


Pujungga Cinta
Laksana merpati terbang di samudera biru kelak cinta berkata  ingin meraihnya sayap-sayapnya
Maka ku tak akan terbang tuk meraihnya sayap itu
Aku akan memanahnya dengan busur yang panas dan sangat tajam
Karena cintaku memiliki sayap-sayap yang lebih mulus dan bagus dari merpati itu
Ku rela patahkan tanganku tuk ku jahit menjadi sayap-sayap angan mu
Biar kau tau pengorbanan cintaku padamu
Rela hilangkan untaian tangan yang selalu ku jaga tuk mengusap paras wudhumu

Laksana taman dengan keindahan bagai surga hingga cinta mengucap ingin memandangnya
Maka ku takan biarkan kau memandang cakrawalanya
Aku kan buat hijab yang besar hingga tertutup tatapmu
Karena cintaku memiliki taman yang lebih indah dari pandang surgamu
Ku rela congkel mataku tuk ku ganti dengan surga firdaus keagunganmu
Biar kau tau pengorbanan cintaku
Rela ku congkel harta pandangku yang selalu ku jaga tuk tatap laku akhlaq nabi ku
Hingga malam memudar, siang menyingkap
Sayap-sayap cintaku kan tetap membawa ke pangkuan malam
Dan taman surgaku kan tetap menyemai ke massa terik siang
Hingga lenyap tiada cinta kan terkubur dalam cinta

Sekelumit cinta pujangga ku, ku rasa itu terletak pada tingkatan paling bawah pujian ku terhadap cinta, jiwa yang tenang tanpa cinta dunia, tetapi cinta dunialah yang menenangkan kita.
 “hal yang begitu pilu dan menyakitkan kan terbenam bersama mentari, melakukan hal yang bermanfaat bagai menunggu tidur di malam hari, kelak kita kan dapatkan kesejukan dan kelembutan embun di pagi hari”.
Itulah rongrongan kehidupan Ady, dari sebuah ungkapan lewat Diary, puisi-puisi, maupun Syi’ir-syi’ir yang dia curahkan terhadap cinta dan kehidupannya. Kita cermati pula, dari gaya bahasa dan ucapannya, ady adalah seorang penyair, bahasa yang digunakannya adalah bahasa hati yang dalam dan juga yang banyak pengalaman atau sudah makan garam sedikit banyaknya terhadap kehidupan dunia kampus. Sosok yang tegar dalam sebuah kehidupan. Huruf demi huruf Ady utarakan menjadikan sebuah kalimat kepiluan. Namun kehidupannya tak berakhir di situ saja, seperti yang tersurat dalam goresan-soresannya.
Sangkakala
Ketika Wanita Semakin Banyak Dipermukaan,
Haram Menjadi Halal,
Tiap Orang Memperebutkan Kekuasaan,
Saling Bunuh Membunuh,
Hingga Rusaklah Daratan
Binatang-Binatang Raksasa Bermunculan,
Ya’juz Ma’juz Menguasai Jalan,
Semua Dipertaruhkan,
Siapa Kuat Dia Kan Bertahan
Hingga Tiupan Pertama Menggoncangkan,
Tiada Penguasa, Tiada Rakyat,
Tiada Budak, Dan Tiada Semuanya,
Siapa Beruntung Dia Kan Datang.
Biar Istana Menggulung Tanah,
Biar Rakyat Tak Kenal Lelah,
Biar Budak Diperlakukan Semaunya,
Disana… Tiada Lagi Yang Berdaya…
Tiupan Kedua…
Meleburkan Memusnahkan, Kilat Menyala, Petir Menyambar,
Semua Rebah, Semua Lebur,
Semua Berserakan,Semua Tiada Tiang…
Semua Musnah…
Mereka Akan Datang…
Guaaarrr, Menggelegarrr…
Tiupan Akan Datang, Sang Surya Semakin Dekat, Panas Dahaga Kehausan,
Hanya Iman, Iman Dan Iman…
Sangkakala Telah Datang…
Begitu setiap detir waktu berjalan sebuah ungkapan yang tertuang lewat tulisan, sebuah kekecewaan dan rasa membosankan terhadap kehidupan dunia, hingga saat ady sempat berpikir bahwa dia lebih senang meninggalkan dunia yang fana’ ini daripada harus menghadapi kehidupan yang begitu menguras hidup, dan jiwanya seakan terlunta-lunta dalam ketidak jelasan apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Akhirnya dia mulai mendalam berpikir, perenungan demi perenungan, kesendirian demi kesendirian, hingga mustajab dalam pelupuk do’a. Dengan kelebihan mistis yang ada pada dirinya, malam itu dikesendirian dia merenung, kelap kelip sosok membayang, terhampiri dia mendatang.
Tubuh seakan ada hal yang masuk ke dalam rohnya dan mengendalikan segala geriknya, sosok seorang pangeran tampan tepat di depan mengelilingi tubuhnya, manik-manik kuning terpasang di leher pangeran, hiasan berlian dan permata membuat mata senang memandanginya, ady terkaget dengan sosok itu.
“hah,... siapakah gerangan wahai engkau dalam sosok pangeran, sudi kiranya kau beritahukan apa maksud kedatangan”
“aku datang sebagai bayang, aku kemari menghampiri sebagai sosok menyukai”
“apakah maksud gerangan perkataan pangeran?” ady seakan bingung
“aku menyukai apa yang telah engkau sukai”
Ady semakin tak mengerti, akan tetapi ady memulai menguras otaknya untuk segera memahaminya
“aku menyukai bahwa segala sesuatu maya itu adalah nyata bagiku” ady melontarkan apa yang ada pada pikirannya sekarang
“aku adalah nyata itu”
“apakah kau imajinasiku?” tanya ady yang semakin penasaran
Sekejap sosok menghilang, hingga ady berpikir bahwa itu adalah sebuah mistery yang harus dipecahkan.
Semakin hari ady semakin berada dalam kebingungan, melangkah langkahnya terhentikan oleh bayang, membayang langkah tak karuan. Ingin rasanya dia merengek tiap waktunya, sekejap sosok datang, sekejap menghilang tinggalkan sebuah teka-teki kehidupan, dunia fana’ penuh godaan.
Suatu ketika saat da sendiri, sendiri, dan sendiri lagi, sosok datang. Namun dia datang tidak sendirian, dia bersama wanita, wanita itu bagai puteri raja, dengan paras yang sangat cantik, hiasan-hiasan berkilau menghias elok tubuh wanita itu, lalu bicara sang pangeran:
“lihatlah...!” seakan menunjukkan wanita itu pada ady
“ada apa maksud pangeran datang membawa sang puteri, dari mana asal puteri itu?” ady bertanya yanng semakin hari sosok itu semakin membingungkan ady. Dan kemudian setelah itu tanpa jawaban sang pangeran dan puteri itu menghilang.
“Aaaaaaaach,... apa maksudmu wahai sosok yang tak aku mengerti? Kau datang dengan membawa mistery, lalu pergi tanpa permisi. Aaaaaaaaach,... masa bodoh” teriak ady dengan suara kejengkelan.
Dengan kejadian-kejadian seperti itu secara berulang-ulang ady merasa bahwa apa yang dialami dirinya ada hal yang tak beres, ady mulai berkonsultasi dengan kakaknya Erna, dimana kakaknya mengingatkan agar ady selalu istiqamah dalam ibadah, pesan yang sangat singkat diterima oleh ady terhadap kakaknya. Dengan begitu ady semakin tambah bingung ada apa gerangan, mengapa kakaknya termalah membuat ady berrtambah bingung. Penasaran semakin menghantui ady, hingga berbagai jalan dia susuri untuk mencari tahu ada apa sebenarnya, apakah ada hubungannya dengan perkataan kakaknya yang telah lama berlalu, bahwa “kelak akan ada pengganti kakaknya”.
Waktu itu kata ibu, kakak semasa masih duduk di bangku SD sangat sering berlaku aneh, terkadang bicara sendiri, terkadang pula tertawa sendiri, yang seakan dia lagi asyik bermain dengan seseorang, padahal tidak ada seorangpun. Hampir satu minggu dalam hari-harinya tiap malam kakak kerasukan atau dimasuki oleh roh halus, bertingkah bagai sosok buaya yang menggerogoti ubin rumah. Dengan sesajen yang biasa dibuat oleh ibu dan ayah ady dapat menenangkan dan membuat roh halus itu keluar dari tubuh kakak ady, hal itu terjadi setiap hari setelah ba’da maghrib selama hampir satu minggu.
Termalah juga kulit kakak yang tumbuh seperti penyakit kulit bagai sisik, itu dialami kakak selama bertahun-tahun, teman-temannya yang sering mengejeknya, akan tetapi dia tidak menghiraukan sama sekali, dia tetap bahagia dan merasa tiada beban dalam hidupnya. Hal itu yang membuat ibu ady tegar masih bisa melihat kakak tersenyum, walau senyuman itu memberikan kepedihan dalam hati ibu ady.
Dan terkadang pula ibu ady yang mengalami hal seperti kakaknya, bagai menjelma seperti buaya, dan sering juga terlihat taring yang sangat panjang ketika roh itu masuk ke dalam badan ibu ady. Kejadian ibu dan kakak ady tidak mengenal siang ataupun malam, pagi atau sore, ketika sosok itu merasuk ke dalam tubuh maka terjadilah hal-hal seperti itu. Namun keluarga ady tidak begitu cemas dengan hal itu, karena sudah terlalu sering, sehingga menjadi sebuah kebiasaan.
Iya, mengapa hal-hal seperti itu terjadi pada keluarga ady, ada hal mistis, ada hal yang seakan sakral. Sebuah keyakinan, sesuatu yang tidak bisa dihapuskan ketika seseorang sejak awal sudah memiliki darah keturunan dapat berinteraksi dengan makhluk ghaib, bukan kelebihan, bukan pula belajar, akan tetapi hal itu datang dengan sendirinya. Mengapa hal itu bukan sebuah kelebihan, itu adalah bahasa ady, karena dia merasa itu bukan sebuah kelebihan, akan tetapi sebuah kekurangannya, karena gara-gara itu dia berada dalam kesulitan terhadap dunianya, baik itu dalam hal berprilaku yang sering kali hal seperti itu datang dengan tiba-tiba, sehingga ady menjadi terganggu dan berefek samping dia dapat mengganggu lingkungan sekelilingnya juga. Dari dia kedatangan seorang raja atau pangeran, hingga seorang puteri, pusaka-pusaka yang diperlihatkan kepada ady, baik itu berupa pusaka keris dalam telur emas, kendi emas, Qur’an emas, kulit kijang emas, bulu merak emas, tinta emas, pedang emas, sampai-sampai segala pakaian hingga yang terpancar adalah emas. Membingungkan dan penuh dengan mistery, memperlihatkan tetapi tidak memberi, apakah gerangan? Apakah maksud dari pangeran atau raja itu terhadap ady, apakah dia mau mengawinkan puteri itu dengan ady? Tapi apakah benar begitu? Dan mengapa harus ady?

Lima
Ilalang Dalam Khayal Ada dan Tiada
(Cinta Kasih Ady dengan Puteri Dalam Suri)
Badai semakin kencang, dan hujan semakin deras, malam itu adalah malam Jum’at kliwon, dimana sosok itu datang kembali, apakah dia dengan seorang puteri? Ya, kali ini dia sama seperti dia pada mula membawa seorang puteri itu kepada ady, akan tetapi hal yang sangat berbeda, bahkan sangat berbeda sekali, 100 kali lipat juga bahkan sampai 1000 kali lipat pada mula pangeran atau raja itu membawa seorang puteri, dia lebih cantik dan sangat cantik, bagai bidadari, bagai titisan tuhan, aku rasa tiada yang bisa menandingi kecantikan dan kesempurnaan puteri pada malam itu, mata yang berbinar-binar memancarkan cahaya ketenangan, kedamaian, hingga ady tak berkelip mata dan tak henti memandangi sekujur tubuh puteri itu, hiasan gaun pengantin emas, dengan manik-manik yang semua terbuat dari emas. Libur yang sangat menyenangkan untuk ady bahkan sangat membahagiakan ady, dia berkumpul dengan keluarganya di rumah, dan dia juga yang pertama kalinya merasa kebahagiaan dan keluarbiasaan kedatangan raja atau pangeran itu, yang biasa dia ketangan sosok yang sangat mengecewakan dan menjengkelkan ady karena ketangannya itu selalu membawa misteri.
Tak terkata oleh ady.
“Apa maksud pangeran dengan menunjukan sang puteri yang sangat berbeda pada malam ini, ditambah dengan gaun pengantin, siapa wahai pangeran yang akan menjadi mampelai pria dari sang puteri?”
“dia untukmu wahai anakku, dia adalah puteri satu-satunya dariku, kini saatnya aku akan menyatukan kalian berdua, bersedia atau tidak kau harus setuju!!!”
“hah’, aku tak mengerti maksud pangeran, ech maksudnya raja?”
sang raja tanpa berbelit-belit “dia adalah puteri ku, namanya Pertiwi, Suci Pertiwi”
“hah’,... apakah benar nama itu wahai pangeran?” tanpa kata ady sangat terkejut, karena dia mengingat akan nama itu, nama seorang gadis masa lalunya.
“ya,... itu namanya!!!, apakah kau bersedia untuk menikahi puteriku?”
“tapi raja,...” ady semakin bingung,  dia merasa ini hanya sebuah mimpi dimana serupa dengan kedatangan raja itu dengan membawa kembali misteri-mesterinya. Dayang-dayang dari istana, dimana ada sebuah hal yang tak bisa dipercaya pikir ady, alam dunia menjadi alam kerajaan atau istana, pakaian ady berubah menjadi pakaian pangeran, entah ady dibawa dengan pengalihan pandangan, ataukan itu apa,... hal itu sangat-sangat membuat ady bingung sekali.
Seperti kata raja, ady mau atau tidak menikahi puteri raja, pilihannya adalah tetap “ya”. Dengan itu ady bersanding dan di hadapkan dengan hidangan-hidangan  makanan dan buah-buahan yang berasal dari dunia, akan tetapi rasanya jauh berkali-kali lipat lebih enak dan lezat. Setelah makan dan minum sebentar lagi akan dilaksanakan pernikahan ady dengan puteri itu. Dengan wajah ady yang seakan dia tidak dipaksa, wajah yang mencerminkan dia bahagia dapat memiliki sang puteri yang sungguh sangat cantik. Pelaksanaan perkawinanpun segera dimulai, hingga secara adat raja pernikahan sudah sah. Dengan istana yang megah dan sangat luas, tiada kekurangan satupun, bahkan sangat berlebihan, sehari dia di sana terlihat ady sangat menikmati, baik rohani maupun jasmani, baik raga maupun bathin, pokoknya ady sangat puas. Bahkan dalam hubungan intim, ady dapat melakukan berkali-kali tanpa merasa lelah atau pun kecapean, waktupun terasa lamban dengan sebuah kebahagiaan dan kenikmatan. Sampai-sampai ady lupa dimana keberadaannya sekarang.
Ke-esokan harinya ady dengan pakaian tidur khas seorang pangeran, dengan kain yang sangat lembut dikenakannya tadi malam, berjuta bahkan beribu-ribu keindahan di alam itu ady dapatkan, mau apa akan tersedia, bahwa disana dibanding dengan dunia ady sangat jauh berbeda, dari pelayanan seorang isteri terhadap suami jauh berlipat-lipat dibanding dengan dunia ady, lingkungan tertata rapi dan indah, tiada sampah satupun yang berserakan, orang-orang di sana sangat ramah-ramah, sopan dan santun, dan sampai tiba hari berganti malam kembali. Memang disana tidak terasa waktu, padahal berjalan sangat lamban, akan tetapi karena sebuah rasa yang membuat penghayatan atas waktu terlupakan, juga karena sudah terbuai akan alam yang sangat mengesankan dan indah itu, seakan ady sudah berada di sorga.
Malam itu, tetap pada malam ketiga yang dirasakan ady berada alam sorganya, asyik berbincang dengan isterinya Suci Pertiwi, datang cahaya putih yang berubah menjadi sosok manusia, ady tak mengenalnya, sosok itu datang dengan berbaju putih, berjanggut, dengan surban di kepala, seperti sosok ulama di dunianya. Lalu berkata:
“lepaskanlah dia, dia bukan milikmu, dia masih hak dari tuhannya, tuhan yang maha Agung” lelaki tua itu berkata kepada isteri ady
“hey,... siapa kamu? lancang kau memasuki istana dan kawasan kekuasaan kami”
“jangan bertanya, tiada yang dapat berkuasa di atas segala kuasa”
“apa maksud kedatangan anda kesini?”
“aku hanya ingin menjemput ady, seorang keluarga dan orang tua yang telah kering air mata menunggu kedatangan jasad yang telah kau bawa”
“maksud paman apa ya?” ady menyambar dengan pertanyaan bingung
“iya ady, pada malam itu seluruh keluarga mu tak biasa berkata apa-apa melihat keadaanmu, setelah kau berteriak dengan mengucap asma “ALLAH” setelah itu kau tak bangun-bangun dari pembaringan, seperti badai tanpa roh”
“apakah benar begitu paman?”
“ya,... kau harus percaya”
“jangan percaya ady” sang puteri berkata
“hey,... diam kau!!!, sejak pertama aku sudah curiga akan kejadian yang sangat aneh ini, aku percaya padamu paman, mari bawa aku pulang”
“jangan ady, sekarang kau milikku, kau tidak boleh meninggalkan aku”
“cukup, sekarang aku akan menceraikanmu”
“hah’ kapan kau menikah wahai ady?,” lelaki tua itu terkaget mendengar ady sudah menikahi sang puteri.
“3 hari yang lalu paman, sejak aku beranjak di tempat ini, pada hari itu aku langsung dipaksa menikahi dia” ady menunjuk sang puteri dengan wajah yang sangat kecewa karena puteri itu sudah membohongi dan mengelabuinya
“apakah kau tau ady, berapa lama kau terbaring di tempat tidur pada  duniamu?”
“aku tidak tau paman”
“kau sudah terbaring 3 bulan ady, satu hari kau berada di sini, di duniamu satu bulan, bagaimana jika kau berlama-lama disini, mungkin saudara dan bahkan orang tua mu sudah tidak ada lagi di alam nyata mu”
“aku jadi khawatir paman dengan keluarga dan orang tua ku, ayo,... aku tak mau berlama-lama ditempat ini paman”
“tutup matamu ady” dengan berpegangan tangan lelaki tua itu dengan ady, lalu mereka kembali pada alam di mana ady pertama terbaring, yaitu alam dunia.
Kembali ke alam asal, bagai roh masuk ke batang tubuh. Siang itu, terdengar alunan ayat-ayat Qur’an, dan masyarakat berkumpul, apakah yang terjadi, hingga Sahadat dialunkan ketelinga jasad ady, ady masuk kebatang tubuh, masih tak bisa bergerak, seakan sangat kaku dan membeku ady bergerak.
“Ashadu anla ilaha illallah wa,...” terpotong ayat itu dibacakan oleh salah seorang pemuka kampung di tempat ady. Tangan ady mulai bergerak, dan waktu itu ibu ady yang selalu berada di samping ady, ketika ady terbaring sejak 3 bulan itu.
Semua mata dan gerakan kaget tertuju pada Ady, semua orang mengira Ady akan meninggal, termalah Ady bergerak dan akan bangun. Berbagai perasaan dan tanggapan bahwa Ady MATI SURI. Entah seperti apa definisi mati suri itu, bahwa begitulah yang dialami ady.
eesokan harinya keadaan dan kehidupan ady kembali seperti semula, sebagaimana aktivitas dilakukan sebagai mahasiswa. Beberapa mata kuliah tertinggalkan dalam tiga bulan terkhir. Dan ternyata waktu itu dia telah melewati mata ujian yang sudah tertinggalkan olehnya.
Masuk pertama setelah kejadian itu dalam dunia perkuliahan ady langsung menemui dosen fakultas yang mengani kemahasiswaan. semua mata kuliah yang sudah final, ady meminta kebijakan apakah dia bisa menyusul untuk mengikuti mata kuliah itu.
Assalamu’alaikum,... ady di depan pintu kantor dosen yang menangani kemahasiswaan
Wa’alaikum salam,... masuk. Tiada tanggapan apapun, biasalah dosen terkadang tidak memperhatikan keadaan mahasiswanya.
Begini pak, kan kemaren saya lagi sakit, dan dari kabarnya saya telah banyak tertinggal mata kuliah, dan sebagian sudah ada final. Bagaimana apakah ada kebijakan terhadap hal ini?
Oo,... kamu yang namanya Ady ya,...?
Iya pak.
Gimana ya, kita telah memiliki sistem atau peraturan yang sudah kita jalankan sejak awal.
Apakah ada solusi pak?
Eee,... kalau ini sih tergantung kepada dosen-dosen yang bersangkutan dengan mata kuliah itu. Begini aja, coba dulu hubungi dosen itu. Keputusan ada sama mereka. Tetapi yang perlu kamu tau, bahwa absensi menentukan.
Begitu ya pak.
Eee,... kayaknya kamu langsung saja ya ke dosen itu, bapak tidak bisa mengasih keputusan itu, dan apakah bisa atau tidaknya bapak tidak bisa menjanjikan.
Ya sudah pak, terimakasih ya,...
Ady keluar dengan hati yang was-was, dan dia langsung menemui dosen-dosen yang bersangkutan itu. Satu persatu dia temui dosen itu.
Assalamu’alaikum,...
Wa’alaikum salam,... masuk
Ady, sudah sembuh ya,...?
Iya pak, Eee,... kabarnya mata kuliah bapak sudah final ya pak?
Oh iya Dy, Eee,... dosen itu agak bingung.
Kenapa pak, Bisakah saya mengikuti final susulannya?
Gimana ya,... jemari dosen itu mengetuk-ngetuk meja dengan kebingungan
Boleh liat absensi saya ga pak?
Itu masalahnya Dy, absensi sudah diserahkan kepada pengelola, kemungkinan sangat sulit sih untuk bisa, tapi bapak coba dulu ya bicara nanti.
Terus gimana ya pak?
Ntar bapak bicarakan dulu ya,...
Kira-kira kapan bapak ya saya bisa menemui bapak kembali?
Sekarangkan hari Selasa, hari kamis ya,...
Ya sudah deh pak,... terimakasih
Ady keluar, dan target selanjutnya dia menemui dosen yang dilain mata kuliahnya yang ketinggalan. Walau dengan perasaan yang agak kecewa bahwa suatu sistem itu jika sudah tumbuh maka tiada yang bisa berbuat apa-apa.
Ady masuk ruangan dosen itu, ternyata dosennya lagi tidak ada, kemudian dia beranjak lagi menemui dosen yang lain, ternyata tidak ada pula, dan yang terakhir dia menemui dosen selanjutnya.
Assalamu’alaimum,...
Wa’alaikum salam,... masuk
Ady menjelaskan sebagaimana penjelasan sebelumnya.
Ko’ bapak terasa asing ya melihat kamu?
Iyapak, kita baru ketemu di mata kuliah ini.
Ooo,... kamu sudah tau kan berapa absensi kehadiranmu, baik itu sebelum kamu sakit.
Berapa pak?
Ada 2 kali terakhir jika tidak salah, kamu Ady kan
Iya pak.
Iya betul, kamu sudah 2 kali, dan ditambah dengan keadaan kamu yang sakit selama 3 bulan itu. Mungkin secara dosen-dosen lain juga begitu. Kamu tdak bisa mengiuti final susulan, ya masih ada kesempatan kok, tahun depan kan bisa kembali lagi menjalani perkuliahan.
Tapi pak, kan saya lagi sakit.
Iya, bapak tau,... tapi ya gimana lagi,...
Gitu ya pak,...
ady lalu permisi untuk keluar, dan dia menemukan apa jawaban semua dosen-dosen mengapa mengulur waktu untuk menangani masalah ini.
Dengan hati yang kecewa dan terluka, gara-gara kejadian itu semua mata kuliah pada semester itu hilang begitu saja.
Dia langsung pulang, dengan tiada harapan semester ini dia bisa kembali lagi ke kampus, hingga semester berikutnya. Biasa ia pulang ke asrama, sekarang ia langsung pulang kampung.
Sesampai di rumah, dengan berat dia bertemu orang tuanya.
“Heyt ady ko pulang ya,... ga masuk kuliah?”
“Eee,... ady pengen istirahat dulu ya bu”,.... entar ady ceritakan”
Ya sudah, tapi janji ya cerita ada apa,...
Ya bu’....
Pukul menunjukan pukul 16.00, ady merasa sudah segar setelah mandi, kemudian dia duduk di ruang tamu sambil main gitar.
Tak lama kemudian ibu ady datang,
Hey,... ady sendirian ya,...
Iya bu
Gimana masih mau cerita kan ada apa di kampus tadi?
Iya bu,...
Dan kemudian ady menceritakan apa yang terjadi pada diri dengan hal perkuliahan. Setelah diceritakan ibu ady merasa sedih terhadap apa yang dialami ady.
Setelah curhat banyak ady sudah merasa mendingan, dan untuk tahu ini ady tidak bisa melanjutkan kuliahnya, menunggu pada semester berikutnya.
6 bulan kemudian
Beranjak persiapan ady untuk melanjutkan kuliah, semua sudah dipersiapkan tinggal menunggu masuk kuliah. Namun sehari sebelum ady masuk kuliah ibu ady sakit, kemudia dirawat di rumah sakit, dan sakit ibu ady ternyata sudah parah. Dengan begitu ke esokan harinya ady terpaksa meminta ijin untuk tidak masuk kuliah karena dengan keadaan ibunya yang sakit ady tidak bisa meninggalkan ibunya yang sedang lemah. Ady berjanji tidak akan jauh dari ibunya selagi ibunya masih terbaring sakit.
Sehari sudah berlalu, besok ady meinta ijin lagi, dan selama seminggu berlalu ady sudah tidak masuk kuliah karena menjaga ibunya. Ady ingat dimana ady waktu sakit ibunya tidak pernah meninggalkan ady, dengan itu ady ingin membalasnya.
“Ady,... ady sudah seminggu tidak masuk kuliah, biar ayah yang jaga ibu. Ayah ady bicara dengan lembut menyeru ady.
“Tidak yah, ady harus selalu dengan ibu, ady sayang ibu, ady tidak mau terjadi apa-apa terhadap ibu”
“Tapi ady, bagaimana dengan kuliahmu, kamu sudah ketinggalan mata kuliah selama seminggu.”
Tapi yah,...
Ga papa,... ayah pasti jaga ibu ko’,... besok kamu kuliah ya,... nanti ada apa-apa dengan kuliahmu, tambah sedih ibu jika tahu,....
Ya sudah yah, ady besok masuk kuliah, tapi janji ya tolong jaga ibu baik-baik,...
Ayah ady merasa bangga dengan ady karena sangat sayang terhadap ibunya, setelah ady keluar dari ruangan itu, air mata ayah ady tertetes, tak sanggup menahan haru, karena ada hal yang tidak bisa ayah ady sampaikan terhadap ady tentang keadaan ibunya.
Ibu ady menderita kangker otak, yang diperkirakan oleh dokter, umur ibu ady tinggal 10 hari lagi. Dengan takut ady mengalami depresi mendengar hal itu, maka dengan keputusan ady tidak boleh tahu. Hari-hari ady dengan ketidaktahuannya berjalan hingga waktu menentukan.
Seminggu lebih telah berlalu, dengan sehabis kuliah ady selalu menjenguk ibunya di rumah sakit, waktu ibu ady yang telah diperkirakan masih tinggal 1 hari. Ayah dan keluarga ady yang mengetahui batas waktu ibu ady tetap tidak memberitahukan kepada, membiarkan dalam ketidaktahuan ady dalam hal ini.
Sungguh pahit dan sakit sekali ketika seorang anak tidak mengetahui detik-detik,....

To Be Continue,...